Legenda "Limuno" (The Princess of Tanaku)

Sebuah cerita yang terjadi di sebuah desa yang bernama Teluk Pinang Sebatang sekarang bernama Koto Taluk terletak diseberang Sintuo. Buku ini menceritakan tentang asalmuasal nama Limuno.

Asal Muasal Orang Kuantan

BERBAGAI penelitian arkeologi, etnolinguistik, hingga kebudayaan di seluruh dunia mengatakan bahwa orang Kuantan adalah Melayu. Ketika gelombang arus migrasi pertama sekitar 1000 tahun SM

Kerajaan Koto Alang

Situs Kerajaan Koto Alang ini telah sangat lama terlupakan. Hanya beberapa Tokoh adat yang tetap menjaganya. Walau dijaga, tetap saja tak lepas dari tangan jahil yang suka memperjual belikan Benda Cagar Budaya (BCB) yang terdapat di lokasi

Negeri Silat Bukit Sangkar Puyuh (Pangean)

Kabupaten Kuantan Singingi terletak pada 1010 - 1020 BT dan 00 - 10 LS, dengan luas wilayah yang meliputi lebih kurang 7.656,03 Km2. Awalnya mempunyai enam kecamatan defenitif yaitu Kuantan Mudik

Misteri Dayung Buat Si Ratu Wilhelmina

Pacu Jalur adalah sejenis lomba dayung tradisional khas daerah Kuantan Singingi (Kuansing) yang hingga sekarang masih ada dan berkembang di Propinsi Riau. Lomba dayung ini menggunakan perahu yang terbuat dari kayu gelondongan

Nov 16, 2010

Kerajaan Koto Alang

Situs Kerajaan Koto Alang ini telah sangat lama terlupakan. Hanya beberapa Tokoh adat yang tetap menjaganya. Walau dijaga, tetap saja tak lepas dari tangan jahil yang suka memperjual belikan Benda Cagar Budaya (BCB) yang terdapat di lokasi Situs Kerajaan Koto Alang ini. Pemerintah setempat nyaris tidak mengetahui keberadaannya (atau pura-pura tidak tahu). Hati terasa perih ketika Situs Kerajaan Koto Alang terabaikan begitu saja. Maka saya mencoba menelusurinya. Sobat netter mau tau cerita petualangan saya menelusuri Situs Kerajaan Koto Alang ini? Silakan lanjutkan baca cerita selengkapnya.

Penelusuran di Dusun Botuang

Saya menelusurinya bersama seorang teman dari Koran Kampus “Bahana Mahasiswa” Universitas Riau. Dari Pekanbaru menempuh perjalanan darat menuju Kota Taluk Kuantan ibu kota Kabupaten Kuantan Singingi (Kab. Kuansing), pada minggu ketiga dan hari ketiga di bulan Oktober 2008, ujan rintik-rintik menemani perjalanan kami. Tujuannya adalah Kecamatan Kuantan Mudik, disitulah terdapat Dusun Botuang di Desa Sangau.

Untuk mencapai Dusun Botuang ini dibutuhkan waktu sekitar setengah jam dari pusat Kota Taluk Kuantan, Situs Kerajaan Koto Alang itu berada disini, dinamakan Padang Candi karena diduga kuat disitu terdapat sebuah candi yang telah sangat lama tebenam. Untuk sampai kelokasi Padang Candi ini kami melewati sebuah sungai kecil bernama Sungai Salo dan dilintasi dengan jembatan gantung yang terbuat dari kayu, bagi orang yang tidak terbiasa melewatinya akan merasa gamang karena sewaktu dilewati ia bergoyang-goyang.

Kerajaan Koto AlangDusun Botuang ini banyak menyimpan Benda Cagar Budaya (BCB) yang sering ditemukan penduduk setempat secara tak sengaja, sewaktu menggali tanah untuk berkebun dan atau hanya sekedar menata halaman rumah, seperti perhiasan yang terbuat dari emas: cincin, kalung, gelang, juga jarum penjahit dan mata kail. Menurut cerita penduduk setempat, Herlita menceritakan awal temuan ini, ketika salah seorang penduduk bermimpi didatangi orang tak dikenal untuk menggali sebuah guci yang berisikan perhiasan, setelah digali ditempat yang ditunjukkan orang tak dikenal dalam mimpim itu. Namun sayang guci itu kembali membenamkan diri, karena “Sewaktu bermimpi guci itu minta didarahi dengan darah Kambing Hitam, karena sulit didapat diganti dengan darah Anjing Hitam, makanya dia kembali tenggelam kedalam tanah,” terang Herlita.

Hal ini dibenarkan oleh Rabu Jailani Kepala Dusun Botuang, “semenjak itu banyak masyarakat yang mengambil tanah disekitar bekas penggalian guci itu untuk didulang di Sungai Salo, dan menemukan emas, malahan ada yang telah berbentuk cincin, gelang, mata kail dan jarum penjahit, kejadiannya sekitar tahun tujuh puluhan,” kata Rabu Jailani. Karena suatu hal penggalian dibekas ditemukannya guci itu dihentikan atas kesepakatan tokoh-tokoh adat Kenegerian Koto Lubuk Jambi Gajah Tunggal.

Selain perhiasan yang terbuat dari emas yang paling sering ditemukan penduduk setempat adalah batu bata kuno, berukuran sekitar satu jengkal kali dua jengkal persegi—jengkal orang dewasa. “Kalau kita gali dengan kedalaman sekitar satu meter saja, kita bisa menemukan batu bata kuno ini masih tersusun rapi didalam tanah,” kata Rabu Jailani. Dari ditemukannya batu bata kuno tersebut banyak dilakukan penelitian-penelitian dan penggalian-penggalian. Pada tahun 1955 M pernah dilakukan penggalian dan menemukan Arca sebesar botol, dan Arca tersebut sampai sekarang tidak diketahui lagi keberadaannya.

”Dulu masyarakat setempat tidak mengenal nilai dari arca tersebut sebagai benda cagar budaya yang tak ternilai harganya sebagai situs suatu peradaban kuno, akhirnya masyarakat menjualnya,” ungkap Yasir Kepala Desa Sangau. ”Sangat disayangkan,” sesalnya. Pada penggalian terakhir yang diketahui pada tahun 2007 dilakukan oleh Badan Purbakala Batu Sangkar bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Propinsi Riau tanpa sepengatahuan Pemangku Adat dan Pemerintah Daerah.

Pada penggalian sebelumnya mereka menemukan mantra berbahasa sangskerta yang ditulis pada kepingan emas yang saat ini tidak diketahui keberadaannya. ”Kita kecolongan waktu itu,” terang Suhernita Kepala Seksi (Kasi) Pengkajian Sejarah dan Nilai-nilai Tradisional, Dinas Budaya Kesenian dan Pariwisata (Disbudsianipar) Kabupaten Kuantan Singingi (Kab. Kuansing), Suhernita menambahkan, adanya kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan saat ini Disbudsianipar Kab. Kuansing fokus pada pembangunan fisik, “Untuk tahun ini kita fokus pada pembangunan fisik untuk objek parawisata Air Terjun Guruh Gemurai yang ada di Desa Kasang, Kecamatan Kuantan Mudik,” terangnya.

Hal ini dibenarkan oleh Drs. Syafrinal, M.Si kepala Disbudsianipar, yang baru menjabat sekitar enam bulan yang lalu, “Banyaknya kelemahan yang kita alami dalam perawatan objek pariwisata dan situs-situs bersejarah sangatlah merugikan kita.” Ungkap Syafrinal sewaktu kami jumpai di ruang kerjanya Komplek Perkantoran Pemerintah Daerah (Pemda) Kab. Kuansing, Kamis (23/10) lalu.

Untuk mengantisipasi kejadian serupa, Syafrinal telah berusaha semaksimal mungkin, “Kita telah membentuk tim pengumpul data objek pariwisata dan situs sejarah disetiap kecamatan,” selain itu Syafrinal mengharapkan sumbangsi kita bersama, dan pihak swasta yang mau menanamkan modalnya untuk pengembangan objek pariwisata dan situs bersejarah yang ada di Kab. Kuansing. “Saya bangga dengan yang dilakukan pemuda saat ini yang merawat seni, budaya dan parawisata Kuansing melalui media internet, salah satunya yang saya lihat serius dalam hal ini,” ungkap Syafrinal.

Kerajaan Koto Alang

Kerajaan Koto Alang apakah di Dusun Botuang?


Banyaknya ditemukan Benda Cagar Budaya (BCB) di Dusun Botuang, diduga kuat di sini berdiri kerajaan Hindu dengan nama Kerajaan Koto Alang, walau belum ada penelitian secara ilmiah yang mengungkapkannya. Mahmud Sulaiman (68)—Bergelar Datuk Tomo, seorang tokoh adat Kenegerian Koto Lubuk Jambi Gajah Tunggal, adalah keturunan Raja Kerajaan Koto Alang. Padang Candi yang terdapat di Dusun Botuang ada dibawah pengawasannya sebagai tokoh adat.

Kalau ada orang atau peneliti yang ingin tahu cerita detail tentang Padang Candi maka masyarakat Dusun Botuang merekomendasikan Datuk Tomo kepada peneliti tersebut, “Kami disini tidak tahu banyak tentang sejarah Padang Candi, yang mengetahuinya ya yang mengawasi Padang Candi, yaitu Datuk Tomo,” terang Rabu Jailani Kepala Dusun Botuang. Hal ini di benarkan pula oleh Yasir Kepala Desa Sangau, “Kalau sejarah Padang Candi kami serahkan kepada tokoh adat yang berwenang terhadap Padang Candi, dia Datuk Tomo,” kata Yasir, “Semua perangkat desa tidak ada yang mengetahuinya secara detail,” tambah pria tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) ini, sewaktu kami temui di ruang kerjanya Kamis (23/10) lalu.

Sehingga kami penasaran dan langsung menelusurinya, lalu tim kami berkunjung kekediaman Datuk Tomo yang berada di Koto Lubuk Jambi Gajah Tunggal, dan ia menceritaka tentang Padang Candi kepada tim BM dari petikan Tambo Kenegerian Koto Lubuk Jambi Gajah Tunggal. Tambo tersebut telah hancur dimakan zaman, sekarang Datuk Tomo kembali berusaha membukukannya dari hasil ingatannya, dan dari hasil penelitian tim Penelusuran Kerajaan Kandis, di Kenegerian Koto Lubuk Jambi Gajah Tunggal.

Tim ini di koordinatori oleh Pebri Mahmud Al-Hamidi, beranggotakan Drs. H. Syafri Yoes, Triwan Hardi, SH., Agusrisal SR, Hardimansyah, Jhon Herizon Patra, Raja Bastian, SE., Drs. H. Mukhlis MR., MSi., Ikatan Keluarga Kuantan Mudik (IKKM) Pekanbaru, dan Himpunan Pelajar Mahasiswa Kuantan Mudik (HPMKM) Pekanbaru. Yang diarahkan oleh Penghulu Pucuk Kenagorian Koto Lubuk Jambi Gajah Tunggal (Mahmud Sulaiman Dt. Tomo dan Syamsinar Dt. Rajo Suaro) beserta seluruh Pemangku Adat dalam Wilayah Kenagorian Koto Lubuk Jambi Gajah Tunggal. “Setelah bahan-bahan telah terkumpul semua dan dapat dipertanggung jawabkan akan segera diterbitkan dalam bentuk buku,” ucap Datuk Tomo.

Berdasarkan Tambo tersebut kerajaan Koto Alang adalah pengembangan dari Kerajaan Kandis, “Pada masa jayanya Kerajaan Kandis banyak terjadi perebutan kekuasaan dari orang-orang yang merasa mampu, mereka ingin merebut kekuasaan dan akhirnya memisahkan diri dari Kerajaan Kandis,” kata Datuk Tomo. Maka berdirilah Kerajan Koto Alang pada tahun ke 2 M, Rajanya bergelar Aur Kuning, ia mempunyai Patih (Wakil Raja) dan Temenggung (Penasehat Raja).

“Berdirinya Kerajaan Koto Alang maka terjadilah perebutan kekuasaan antar kerajaan,” Maka pada tahun 6 M Kerajaan Kandis menyerang Kerajaan Koto Alang. Dimenangkan Kerajaan Kandis. Raja Aur Kuning melarikan diri ke Jambi, ”Itulah asal usul nama Sungai Salo yang berarti Raja bukak selo—buka sila, di Dusun Botuang.” Karena tidak mau tunduk dibawah pemerintahan Kerajaan Kandis, Patih dan Temenggung melarikan diri ke arah Barat menuju Gunung Merapi (Sumatra Barat) dan mereka berganti nama, Patih menjadi Datuk Perpatih nan Sebatang dan Temenggung menjadi Datuk Ketemenggungan, ”Kedua tokoh inilah yang menjadi tokoh adat legendaris Minangkabau.” ungkap Datuk Tomo.

Peninggalan Raja Aur Kuning saat ini masi bisa ditemukan yaitu berupa Mustika Gajah sebesar bola pingpong, yang ditemukan Raja Aur Kuning didalam kepala Gajah Tunggal sewaktu Raja Aur Kuning mengalahkan Gajah Tunggal—karena mempunyai satu gading, dibunuh dengan menggunakan Lembing Sogar Jantan. ”Tempat Raja Aur Kuning membunuh Gajah Tunggal itu kini bernama Lopak Gajah Mati yang terdapat disebelah selatan Pasar Lubuk Jambi, Mustika Gajah dan Gading Tunggal, masih saya simpan, kecuali Gading Tunggal yang telah dijual salah seorang keluarga saya, ketika saya tidak berda dikampung pada tahun 1976, sangat disayangkan,” kata Datuk berjanggut ini. Sungai yang mengalir disamping Lopak Gajah Mati tersebut dinamakan dengan Batang Simujur, yang berarti mujur/beruntung membunuh gajah tersebut.

Prof. Suwardi. MS, seorang sejarawan Riau, pernah malakukan penelusuran dengan Datuk Tomo tentang Kerajaan Kandis dan Kerajaan Koto Alang, dan terhenti karena sesuatu hal, ”Kerajaan Kandis memang ada diceritakan sekilas didalam Kitab Negara Kertagama, Kerajaan Kandis itu berada di Rantau Kuantan, penelusuran ini terhenti dengan kendala SDM dan dana,” terang Suwardi. Sampai tulisan ini terbit belum ada pembenahan terhadap situs bersejarah yang terdapat di Dusun Botuang, Desa Sangau, Kec. Kuantan Mudik, Kab. Kuansing, Propinsi Riau tersebut.

sumber : http://www.sungaikuantan.com/2008/11/kerajaan-koto-alangdusun-botuang.html

Gulai Siput Kuantan



Setiap kali pulang kampung ke Teluk Kuantan untuk liburan maupun bila ada urusan pekerjaan ke Pekanbaru dan menyempatkan pulang ke Teluk Kuantan, saya tidak pernah lupa mencicipi lezatnya gulai siput (dalam bahasa Melayu dialek Kuantan di sebut gulai cipuik).

Siput sawah merupakan bahan baku utama gulai siput. Ukurannya kira-kira seukuran biji kelereng hingga lebih besar sedikit dari kelereng. Di Kabupaten Kuantan Singingi siput biasanya ditangkap di sawah pada musim kering atau saat curah hujan tidak terlalu tinggi. Pada puncak musim hujan saat sawah tergenang banyak air agak sulit untuk menangkap siput.

Siput segar (umumnya dalam keadaan masih hidup) bisa ditemukan di pasar tradisional di Kabupaten Kuantan Singingi, dijajakan oleh ibu-ibu di emperan pasar. Takaran yang digunakan biasanya cupak atau tekong (seukuran kaleng kemasan susu kental manis).

Siput dimasak dengan kuah berbumbu pedas ‘sedang’ dan santan yang tidak terlalu kental. Biasanya siput dimasak bersama salah satu sayur pelengkap (dalam bahasa lokal disebut rampai) seperti kacang panjang, pucuk daun keladi, terung asam, atau pakis (paku). Rasanya? kenyal dan seru. Seru, karena untuk memakannya perlu usaha ekstra. Daging siput disedot (di-slurup) hingga terlepas dari cangkang. Bila makan bersama, suara sedotan membuat suasana makan menjadi ramai oleh suara sedotan yang bersahutan. Agar mudah disedot bagian belakang cangkang dilubangi terlebih dahulu sebelum dimasak.

Bagi kawan blogger yang ingin mencoba makanan ini, saya rekomendasikan untuk tidak mencarinya di rumah makan, setahu saya makanan yang satu ini belum menjadi menu rumah makan. Makanan ini hanyalah menu rumahan keluarga Kuantan. Untuk menikmatinya kita harus mengunjungi keluarga Kuantan. Bila berkunjung ke Kabupaten Kuantan Singingi, anda bisa kontak kawan blogger dari Kuansing Blogger Community, mereka pasti akan dengan senang hati menjamu anda dengan gulai siput.

http://www.sungaikuantan.com/2009/12/gulai-siput-kuantan.html

Nov 13, 2010

Pelangi Abadi di Air Terjun Kuansing



Kabupaten Kuantan Singingi terletak pada 1010 - 1020 BT dan 00 - 10 LS, dengan luas wilayah yang meliputi lebih kurang 7.656,03 Km2. Awalnya mempunyai enam kecamatan defenitif yaitu Kuantan Mudik, Kuantan Tengah, Singingi, Benai, Kuantan Hilir dan Cerenti. Pada saat ini jumlah kecamatan definitif berjumlah 12 kecamatan.
Air+Terjun+Tujuh+Tingkat+Batang+Koban, Ada Pelangi Abadi di Air Terjun KuansingWilayah yang berjarak sekitar 160 Km sebelah selatan Pekanbaru itu, merupakan daerah perbukitan yang memiliki ketinggian elevasi yang bervariasi dengan elevasi tertinggi mencapai 804 meter di atas permukaan laut. Umumnya merupakan daerah perbukitan. Dengan terdapatnya Sungai Kuantan yang cukup lebar serta ditambah dengan Sungai Teso dan Sungai Singingi menjadikan sebagian dari daerah ini berada di daerah dataran sungai.

Kuantan Singingi mempunyai potensi wisata yang cukup besar, baik y alami atau pun sejarah. Potensi wisata yang paling mendarah daging bagi kehidupan masyarakat adalah pacu jalur. Iven pacu jalur yang paling besar dilaksanakan sekali setahun, dalam rangka memperingati hari kemerdekaan RI di Tepian Narosa, Teluk Kuantan. Akan tetapi potensi lain masih banyak yang belum dikembangkan. Potensi kebudayaan itu terdiri dari wisata alam, upacara-upacara adat, kesenian rakyat, permainan rakyat, benda-benda peninggalan sejarah dan lain sebagainya.

8 Juli 2008 lalu Riau Pos berkesempatan mengunjungi beberapa kawasan alam di antaranya Danau Rawang Udang di Desa Talontam Kecamatan Benai, air terjun Guruh Gemurai Desa Kasang Kecamatan Kuantan Mudik, serta air terjun tujuh tingkat di Desa Lubuk Ambacang Kecamatan Hulu Kuantan.

Danau Rawang Udang dulunya hanyalah sebuah rawa-rawa yang dialiri sungai kecil. Setelah dibangun dam, terbentuklah sebuah danau kecil. Di sini oleh pengelola disediakan beberapa perahu dari fiber (kereta air) dan dua bangunan di tengah danau. Tempat ini akan ramai dikunjungi saat hari-hari libur. Pada hari biasa hanya sebagian kecil masyarakat atau muda-mudi yang terlihat mengayuh dengan kaki perahu yang disediakan.

Menjelang sampai di kawasan ini, kita melalui sebuah jembatan yang membentang Sungai Kuantan dari Pasar Benai. Di sisi kiri dan kanan jalan menuju area berbagai perusahaan sawit dan kertas itu, terbentang persawahan dan pemukiman penduduk yang membuat mata sejuk memandang.

Air Terjun Guruh Gemurai

Kawasan ini berada Desa Kasang, Kecamatan Kuantan Mudik yang berjarak sekitar 10 km dari pasar Lubuk Jambi. Daerah perbatasan Sumbar-Riau itu merupakan kawasan hutan lindung Bukit Betabuh. Namun sayang sejak bergulirnya era reformasi, hutan yang dulunya asri dengan lereng-lereng bukit terjal, kini tak lagi tersisa, musnah akibat penebangan liar dan berganti dengan kebun-kebun karet masyarakat.

Saat ini jalan menuju air terjun sedang dalam perbaikan dan pelebaran. Beberapa jalan mendaki kini dilandaikan. Praktis, jika hari hujan, mobil tidak akan bisa masuk karena jalan licin. Dari tepi jalan nasional, kawasan ini berjarak sekitar 2 km melewati hutan gundul yang telah ditanami karet berusia antara 2-7 tahun.

Menjelang sampai lokasi, di ketinggian itu akan ditemui beberapa balai yang dapat digunakan untuk sekadar beristirahat sejenak sambil menikmati panorama alam pedesaan yang membentang di sebelah kanan kita dengan alur Sungai Kuantan yang berliku-liku.

Satu kilometer kemudian sampailah kita di lokasi Air Terjun Guruh Gemurai. Dari kejauhan sudah terdengar gemuruh air terjun seolah-olah sedang dalam kondisi hujan lebat. Letih berjalan kaki pun sirna ketika kita mulai menghirup udara segar pepohonan yang menjulang, yang masih tersisa di antara terjalnya air terjun.

Di lokasi ini sudah dibangun fasilitas tangga beton yang dibangun di antara tebing untuk turun dan berjalan menuju kolam jatuhnya air terjun. Di sini terdapat dua air terjun, air terjun utama setinggi hampir dua puluh meter.

Di kolam air terjun utama ini pengunjung dapat mandi sepuas-puasnya di antara sejuknya air ditemani gemerisik air yang mengalir di antara bebatuan besar dan ridangnya pepohonan.

Di sebelah kiri menjelang air terjun terdapat beberapa pekerja yang sedang beraktivitas. Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kesenian dan Budaya Kuansing Drs Syafrinal MSi, di tempat itu sedang dibangun fasilitas parkir kendaraan dan musala. ‘’Kita secara bertahap membenahi dan melengkapi fasilitas di kawasan wisata, tahun ini kita fokus di Air Terjun Guruh Gemurai, tahun depan baru kita melangkah ke Air Terjun Tujuh Tingkat,’’ sebut Syafrinal.

Air Terjun Tujuh Tingkat

Air Terjun Tujuh Tingkat Batang Koban Desa Lubuk Ambacang Kecamatan Hulu Kuantan, merupakan salah satu air terjun terindah dan tertinggi di Kuansing. Kawasan ini dapat ditempuh melalui jalan darat kemudian dilanjutkan dengan menggunakan boat selama sekitar 15 menit ke daerah hulu sungai.

Dari pasar Lubuk Jambi menuju Desa Lubuk Ambacang dengan waktu tempuh kendaraan sekitar 20 menit perjalanan dengan kondisi jalan aspal. Bisa juga masuk dari Desa Jake, simpang pos polisi ke Desa Serosah, Mudiak Ulo hingga ke Desa Koto Kombu melalui jalan tanah dengan waktu tempuh kendaraan sekitar 40 menit.

Menjelang ke Desa Lubuk Ambacang, dari Koto Kombu kita melewati jembatan beton yang membentang di atas Sungai Kuantan. Perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan boat bermuatan antara 15 hingga 25 orang yang dapat ditemui di bawah sekitar jembatan atau pun di Pasar Lubuk Ambacang dengan harga sewa Rp150 ribu.

Dari sini kita akan menyusuri sungai ke bagian hulu dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Selama perjalanan itu kita dapat menikmati hujaunya pepohonan di antara bukit dengan kemiringan antara 45 derajat hingga 70 derajat. Semakin ke hulu lebar sungai semakin mengecil dan debitnya pun semakin deras.

Tak jauh dari jembatan, kita akan melewati Pulau Tempurung. Air di sini melengkung seperti tempurung. Dari kejauhan air yang mengalir nampak tenang, namun jika dilewati arusnya cukup deras, terutama saat Sungai Kuantan lagi surut. Boat harus berjalan pelan-pelan di pinggir tebing dan di antara bebatuan. Tapi jika air dalam, arus yang dihasilkan tidak terlalu kencang, boat dapat melaju di tengah sungai.

Tanpa terasa kita pun sampai ke lokasi, boat-pun ditambat di dermaga yang dibangun Pemkab beberapa tahun lalu dengan jembatan kayu membentang di atas sungai kecil aliran air terjun tujuh tingkat itu.

Dari dermaga ini kita sudah dapat melihat air terjun pertama yang gemuruh airnya jelas terdengar dari muara sungai. Dari air terjun pertama hingga air terjun keempat, pengunjung dapat melewatinya dengan menyusuri tebing-tebing terjal melalui tangga beton di antara pohon-pohon yang masih asri. Meskipun saat itu hari menjelang siang, namun rindangnya pepohonan dan semilir angin air terjun, membuat suhu di sekitar kita terasa sejuk dan nyaman berlama-lama.

Adalah Bambang Wahyu Jatmiko, produser dan pimpinan Mara Studio yang saat itu bersama dua rekannya, Rudi, dan Anto berkunjung dalam rangka pengambilan gambar untuk latar belakang video klip dan pembelajaran rarak godang Kuantan Singingi, yang ditaja LSM Tanjak Rantau, bergumam, ‘’Masya Allah, memang besar karunia Tuhan, semoga saja kawasan ini tetap terpelihara dan keindahannya dapat terus dinikmati masyarakat,’’ sebut Bambang.

Harapan Bambang bukannya tanpa alasan. Maraknya aktivitas illegal logging dewasa ini, telah menghancurkan setiap sendi hutan-hutan alam. Tak peduli itu hutan lindung, misalnya yang terjadi di kawasan hutan lindung Bukit Betabuh, tempat lokasi air terjun guruh gemurai. Yang tersisa hanyalah hutan di kawasan air terjun, selebihnya musnah dibabat dan ditanami karet.

Dengan sigap mereka pun mengambil gambar dengan berbagai posisi. Kamera mereka arahkan ke setiap lekuk-lekuk air terjun yang jatuh menghempas air di bawahnya. Setelah puas menikmati dan mengambil gambar air terjun tingkat pertama dan keempat dengan ketinggian yang berbeda, antara 5-15 meter, perjalanan itu pun dilanjutkan.

Di sinilah petualangan itu dimulai, ketika kita melewati tingkat keempat hingga tingkat ketujuh. Setiap pengunjung harus berjalan di antara tebing-tebing yang kemiringannya antara 45 hingga 85 derajat. Bagi pecinta alam, tantangan seperti ini merupakan medan yang mengasyikkan guna membangkitkan adrenalin.

Pendakian melewati tebing dan bergantungan di antara akar-akar pohon, cukup menguras energi. Jarak antara air terjun berkisar antara 50-100 meter. Meski menempuh medan yang cukup berat, namun ini tidak akan membuat pengunjung bosan. Karena setiap air terjun memiliki karakteristik dan keindahan yang berbeda.

Setelah melewati air terjun keenam, tak berapa jauh dijumpailah the best- nya air terjun, dengan ketinggian mencapai 30 meter lebih. Yang sungguh menakjubkan, di kolam air terjun ini tergambar dua lapis pelangi, hasil bias cahaya matahari dari percikan air terjun yang menghasilkan hembusan angin kencang.

Kami hanya sampai di kolam air terjun yang ketujuh. Beratnya beban, serta memperkecil risiko --sebab sebelumnya beberapa di antara kami terpeleset dan terjepit di antara batu-batu besar
sehingga menyebabkan kaki memar-memar, seperti yang dialami Anto, kru Mara Studio yang harus tertatih-tatih berjalan akibat memar kaki yang dideritanya-- kami hanya menikmati keindahan itu dari bawah.

Ini tentu berbeda dengan petualangan Riau Pos pada 1995 lalu. Saat itu Riau Pos sampai ke puncak paling tinggi. Namun itu semua tentu harus dibayar mahal, dengan perjuangan yang cukup melelahkan, mendaki di antara bebatuan terjal. Silap sedikit bakal jatuh puluhan meter ke bawah. Dari atas ketinggian itu, bila kita melihat ke bawah, di kolam air terjun yang ketujuh itu membentang pelangi abadi dengan bentuk melingkar.

Ramai Dikunjungi

Menurut penuturan Eri, warga Desa Lubuk Ambacang yang berprofesi sebagai penyewa boat menuju air terjun, hampir setiap hari ada saja masyarakat yang mendatangi kawasan ini. Puncak keramaian itu sebut Eri, terjadi saat acara mandi balimau yang digelar satu hari menjelang Ramadan. ’’Jika pada acara mandi balimau, jumlah orang yang datang mencapai hampir seribu orang,’’ sebut Eri.

Bila pada hari-hari biasa, boat yang disewa paling banyak dua buah, namun pada mandi balimau itu, ada tujuh boat yang siap mengantar. Boat ada yang bermuatan 15 hingga 25 penumpang. Setiap boat, sebut Eri, hingga delapan kali berulang-ulang menjemput penumpang di bawah jembatan Lubuk Ambacang.***
(disadur dari Harian Riau Pos)
http://www.sungaikuantan.com/2008/09/ada-pelangi-abadi-di-air-terjun.html

Air Terjun Guruh Gemurai, Wisata Alam Kuansing

Air Terjun Guruh Gemurai, Wisata Alam KuansingKabupaten Kuntan Singingi tidak hanya terkenal dengan wisata budayanya seperti Pacu Jalur namun juga wisata alamnya. Seperti Wisata Alam air terjun, saat ini yang menjadi prioritas pembenahan pemerintah daerah Kab.Kuansing adalah Air terjun Guruh Gemurai. Beberapa waktu lalu tim sungaikuantan.com berkunjung kesana. Pemda Kuansing memang telah membenahhi objek wisata ini. Tersedianya jalan yang beraspal sehingga mudah dijangkau, adanya areal parkir, pentas terbuka untuk mengadakan acara-acara, seperti konser musik dan lainnya, juga mushola telah tersedia di Air Terjun Guruh Gemurai.

Air Terjun Guruh Gemurai, Wisata Alam Kuansing
Air Terjun Guruh Gemurai terletak di Kecamatan Kuantan Mudik (Lubuk Jambi), tepatnya di Desa Kasang. Anda bisa mencapainya dengan kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Jaraknya dari Taluk Kuantan ibu Kota Kab.Kuansing sekitar 25 kilometer ke arah Kiliran Jao (perbatasan Sumbar-Riau). Anda akan melewati Pasar Tradisional Lubuk Jambi, lalu menemukan dua jalan yang bercabang dua, pilihlah jalan sebelah kiri nan menanjak, daerah ini namanya Desa Koto (Kote Ate), melewati jalan sedikit berkelok, lima menit perjalanan anda akan sampai ke Desa Kasang, dan teruskanlah perjalanan anda sepuluh menit lagi, maka taka lama anda akan bertemu dengan gerbang di sebelah kanan jalan raya yang bertuliskan Selamat Datang di Objek Wisata Air Terjun Guruh Gemurai. Sampai saat ini tarif masuk ke obyek wisata ini sesuai dengan Perbup telah diatur oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi, yakni Rp. 1000 untuk untuk kenderaan roda dua, Rp. 1.500 untuk kenderaan roda empat, Rp. 3000 untuk orang dewasa dan Rp. 1000 untuk anak-anak..
Air Terjun Guruh Gemurai, Wisata Alam Kuansing
Guruh Gemurai adalah sebuah nama yang diambil dari bahasa daerah setempat. Guruh berarti gemuruh dari suara air tejun. Sedangkan Gemurai adalah suara percikan air yang berserakan. Maka Guruh Gemurai diartikan adalah air terjun yang bergemuruh dan mempunyai percikan.

Pada akhir pekan dan hari-hari libur, Objek Wisata Air terjun Guruh Gemurai ramai dikunjungi dan menjadi andalan Objek Wisata andalan Kab.Kuansing


Air Terjun Guruh Gemurai terletak di Kecamatan Kuantan Mudik (Lubuk Jambi), tepatnya di Desa Kasang. Anda bisa mencapainya dengan kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Jaraknya dari Taluk Kuantan ibu Kota Kab.Kuansing sekitar 25 kilometer ke arah Kiliran Jao (perbatasan Sumbar-Riau). Anda akan melewati Pasar Tradisional Lubuk Jambi, lalu menemukan dua jalan yang bercabang dua, pilihlah jalan sebelah kiri nan menanjak, daerah ini namanya Desa Koto (Kote Ate), melewati jalan sedikit berkelok, lima menit perjalanan anda akan sampai ke Desa Kasang, dan teruskanlah perjalanan anda sepuluh menit lagi, maka taka lama anda akan bertemu dengan gerbang di sebelah kanan jalan raya yang bertuliskan Selamat Datang di Objek Wisata Air Terjun Guruh Gemurai. Sampai saat ini tarif masuk ke obyek wisata ini sesuai dengan Perbup telah diatur oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi, yakni Rp. 1000 untuk untuk kenderaan roda dua, Rp. 1.500 untuk kenderaan roda empat, Rp. 3000 untuk orang dewasa dan Rp. 1000 untuk anak-anak..

Guruh Gemurai adalah sebuah nama yang diambil dari bahasa daerah setempat. Guruh berarti gemuruh dari suara air tejun. Sedangkan Gemurai adalah suara percikan air yang berserakan. Maka Guruh Gemurai diartikan adalah air terjun yang bergemuruh dan mempunyai percikan.

Pada akhir pekan dan hari-hari libur, Objek Wisata Air terjun Guruh Gemurai ramai dikunjungi dan menjadi andalan Objek Wisata andalan Kab.Kuansing.
 
http://www.sungaikuantan.com/2009/02/air-terjun-guruh-gemurai-wisata-alam.html

PACU JALUR "Asik Juga"

Siapa yang tidak kenal Pacu Jalur di SUNGAI KUANTAN,mungkin masih ada sebagian dari anda yang belum mengenal ap itu pacu jalur,tetapi jika anda orang RIAU pasti anda sudah mengenal PACU JALUR. Pacu Jalur adalah perlombaan tradisional yang biasanya dilaksanakan bulan Juni dan berakhir di pada bulan agustus, dan dilombakan dengan sistem penyisihan di tingkat desa, kecamatan dan kemudian finalnya pada bulan Agustus bertepat di ibukota kabupaten Kuantan Sengingi itu. Namanya unik, "Pacu Jalur" dimana mereka menyebut sampan panjang dengan nama "jalur", nggak tahu deh kalo jalur yang artinya jalan mereka menyebutnya apa. Mungkin sampan jalan kali ya..

Jalur (PERAHU)
Satu jalur diisi sampai 50-60an orang, dan mereka mendayung semua, kecuali dua orang yaitu satu anak kecil diujung depan sampan dan dia akan berdiri dan menari-2 ikut irama dayung kalau jalurnya lagi leading, tapi duduk lagi kalo ketinggalan. Trus ada satu orang lagi yang berdiri kayak pawang. Dia berperan sebagai pemberi irama dayung. Harus orang pilihan, karena tugasnya tidak mudah dan signifikan dalam sinergi laju jalur.

Perlombaan Dimulai
Mereka berpacu di sungai besar yaitu sungai kuantan, disana disebutnya batang kuantan, dengan lintasan pacu kira-2 sepanjang 2 km. Satu lagi tambahan perbendaharaan kata yaitu sungai dibilang batang.
Aba-2 start, dengan meriam yang biasa disebut "CAGAK", dimulai apabila ujung depan semua jalur sudah benar2 pada satu garis lurus. Wah, itu bener-2 psy war antara mereka, susah ngaturnya, karena arus sungai kan gak bisa diam.
Nah setelah melewati garis finish, mereka berputar balik kemudian jalankan jalunya pelan2 di depan tribun vip. Untuk final tahun 2008 yang ada di tribun vip adalah bapak Sukarmis(Bupati KUANTAN SINGINGI)

Bupati dan para Pejabat Daerah Melempar Rokok
Disinilah momennya, kalo gak boleh dibilang malapetaka ya.., para penghuni tribun vip yang notabene adalah para petinggi daerah akan melemparkan rokok. Itu memang dari sponsor. Tapi coba yang dilemparkan itu berupa (kupon) beras, gula, minyak goreng, telor, apa deposito....... kan manfaat? Jaman sekarang susah nyari sponsor non rokok kali ya?

Sukarmis, Bupati Kuantan Singingi
Hadiah untuk para juaranya biasanya adalah berupa sapi/kerbau yang jumlahnya bisa 7 ekor per jalur. Lumayan bisa dijual saat lebaran haji.

Pesan Sponsor
Btw, selain perlombaan yang masif tadi, di Kabupaten Kuantan Singingi ada restoran yang namanya "Selera Kampung". Salah satu menu yang favorit di sana adalah ayam kampung goreng crispy tapi harganya lebih mahal dari harga ayam goreng kampung asli di Bandung. Tetapi yang lebih khas di restoran itu adalah gulai ikan patin yang katanya asli dari sungai Singingi dan menggunakan ikan patin pilihan yang berat satu ekornya antara 15-20 kg. Jadi untuk ikan patin hasil tangkapan sungai seberat 20 kg dengan harga sekilonya 120 ribu rupiah maka harga seekor ikan menjadi 2.4juta rupiah. Wow!!! Harganya sama dengan ikan arwana yang Gold. Subhanallah
HIKZZZ.........

http://www.sungaikuantan.com/2008/10/pacu-jalur-asik-juga.html

Oct 9, 2010

Pacu Godok Percobaan Pacu Jalur

pacu jalur

Satu diantara kesenian rakyat yang cukup popular di rantau kuantan ialah kesenian Jalur. Jalur merupakan sebuah perahu besar panjang, yang bermuatan sekitar 50 orang. Jalur ini dipacukan di Sungai Kuantan. Yang memacukan jalur disebut Anak Pacu. Anak pacu itu ada lima macam; Tukang tari 1 orang, berada dihaluan jalur.

Satu orang Tukang Concang, pengatur kecepatan berkayuh semua anak pacu. 1 orang timbo ruang untuk penimba air yang masuk kedalam jalur serta memberi aba-aba muli berkayuh dan pemberi semangat kepada anak pacu, dua orang Tukang Uwik (juru mudi) dan satu orang Tukang Onjai yang berperanan untuk menggerak-gerakkan kemudi dan haluan jalur, agar jalur melaju dengan cepat. Untuk mengetahui lebih jelas tentang Pacu jalur sobat bisa membaca postingan yang ini Pacu Jalur Khasanah Budaya Kuantan Singingi, baiklah marilah kita lanjutkan ceritan tentang Pacu Godok

Maka, apabila sebuah jalur sudah selesai dibuat dicobakanlah jalur itu melawan jalur lain. Untuk mencobakannya inilah yang diadakan Pacu Godok. Disebut Pacu Godok, karena biasanya setelah selesai uji coba memacukan jalur atau setelah selesai latihan pacu, maka semua Anak Pacu diberi semacam kue yang disebut Godok. Itulah sebabnya pacu uji-coba itu disebut juga Pacu Godok.
 
http://www.sungaikuantan.com/2009/03/pacu-godok-percobaan-pacu-jalur.html 

Oct 2, 2010

Pantun Bujang Gadi Kuantan Singingi

Seni-Sastra Kuansing sebuah kebiasaan yang telah pudar dikalangan anak muda / bujang gadi Kuantan Singingi adalah berpantun, Kami mencoba memunculkannya kembali, hanya beberapa saja yang bisa ditampilkan disini, harap maklum pada pengunjung blog ini, berikut petikannya :

Urang toluak mangopuang patin
Dapek kan lomak duo-duo
Adiak la jojok dalam ati
Kami dek bongak saying juo

Ayiar salupak dalam talam
Ayiar digoluak dimandisi
Kuniang tadogak Tongah malam
Banral dipoluk ditangisi

Limau mani di topi ladang
Jatuah malayang saleronyo
Itam mani barambuik panjang
Siang jo malam dimabuaknyo

Masak bua marapolam
Dimakan anak biapari
Jawek kasiah tarimo salam
Mintak dipogang sampai mati

Totak rotan tigo eto
Den bao ka koto kari
Ombak dilawik sakutiko
Omba di dado sari-sari

Tinggi bukik gunuang sahilan
Tampak nan dari gunuang juda
Ambiak kain panjang sambilan
Paambin kasiah sayang tak suda

http://www.sungaikuantan.com/2009/02/pantun-bujang-gadi-kuantan-singingi.html

Teka Teki Melayu Rantau Kuantan

Teka+Teki+Melayu+Rantau+KuantanRantau Kuantan itu sekarang tergabung dengan Kabupaten Kuantan Singingi. Masyarakat Rantau Kuantan adalah masyarakat Melayu Riau Daratan yang menggunakan dialek bahasa Melayu Khas Rantau Kuantan dalam kehidupn sehari-harinya. Dalam berbahasa tentu tak lepas dari sastra, terutama sastra lisan. Teka-teki Melayu Rantau Kuantan salah satu sastra lisan itu. Teka-teki yang lazim dibahasakan oleh masyarakat Melayu Rantau Kuantan adalah "Toka-Toki," pelafalan huruf A menjadi huruf O. Toka-toki Melayu Rantau Kuantan ini terbagi atas; Penutur, Fungsi, Waktu dan Bahasa.

1. Penutur Toka-toki

Di dalam penelitian ini pembicaraan mengenai penutur teka-teki di dalam masyarakat Kuantan Singingi dibagi atas tingkatan usia, tingkatan sosial, dan tingkatan pendidikan. Di dalam masyarakat Kuantan Singingi, penutur toka-toki tidak terbatas pada tingkatan usia tertentu. Semua usia, mulai dari usia anak-anak sampai dewasa menjadi bagian dari penutur toka-toki ini. Walaupun dituturkan oleh semua kalangan usia, anak-anak merupakan penutur terbanyak. Pada usia ini pula berbagai toka-toki mereka kuasai. Seiring dengan pertambahan usia, toka-toki yang mereka kuasai akan semakin sedikit. Hal tersebut dikarenakan toka-toki itu sudah semakin jarang atau bahkan tidak pernah lagi dimainkan atau dituturkan.

Dalam penuturan teka-teki, tidak terdapat perbedaan antara masyarakat yang dapat dikatakan sebagai kelas atas ataupun masyarakat kelas bawah. Mereka sama-sama penutur teka-teki yang bentuknya tidak berbeda.
Penutur teka-teki di Kuantan Singingi juga tidak dibedakan atas tingkatan pendidikan yang dimilikinya. Pada tingkatan ini perbedaan hanya ditemukan pada pembuatan teka-teki yang baru. Biasanya karena pengetahuan dan wawasan yang semakin luas, konsep, dan benda-benda sekitar yang dijadikan teka-teki juga semakin beragam dan kompleks. Akan tetapi, pada akhirnya teka-teki yang dibuat oleh orang terpelajar pun akan tersebar pada masyarakat yang tidak berpendidikan.

2. Waktu Berteka-teki

Toka-toki merupakan permainan kata-kata yang dilakukan hampir sepanjang waktu setiap harinya. Tidak ada pengaturan waktu khusus yang diperuntukkan bagi permainan ini. Akan tetapi, ada waktu-waktu tertentu yang kerap digunakan masyarakat Kuantan Singingi untuk melakukan permainan ini.

2.1 Waktu Bermain-main
Permainan teka-teki paling sering dilakukan pada saat anak-anak berkumpul dan bermain-main. Hal itu bisa mereka lakukan sepanjang hari, dari pagi hingga sore hari. Kegiatan tersebut dapat mereka lakukan pada pagi hari, apabila mereka tidak bersekolah atau sedang libur sekolah. Sementara bagi mereka yang bersekolah, bermain teka-teki dapat mereka lakukan pada waktu jam-jam istirahat. Adapun sore hari adalah waktu yang paling sering digunakan anak-anak Kuantan Singingi untuk bermain-main karena cuaca mulai sejuk dan mereka pun sudah pulang dari sekolah atau selesai membantu orang tua. Pada waktu ini pulalah mereka bermain teka-teki disela-sela kegiatan bermain setatak, bermain bola, atau berenang-renang di sungai.

2.2 Sesudah Mengaji atau akan Tidur di Surau
Dahulunya sudah menjadi tradisi di dalam masyarakat Kuantan Singingi bahwa selesai mengaji, anak-anak laki-laki akan tidur di surau tersebut. Mereka ditemani beberapa orang dewasa. Sebelum tidur, orang-orang dewasa ini akan memberikan petuah-petuah yang berguna bagi kehidupan anak-anak itu kelak. Selain itu, sebelum tidur anak-anak ini kerap bermain toka-toki dalam posisi duduk atau posisi berbaring. Seringkali pula, pelita sebagai penerang sudah pula dipadamkan sehingga suasana terasa gelap. Pada kondisi yang demikianlah mereka bermain toka-toki. Sampai kemudian mereka tertidur lelap.

2.3 Menjemur Padi
Salah satu kegiatan di bidang pertanian adalah menjemur padi. Setelah panen, padi yang sudah dituai, dijemur di panas matahari sehingga mudah untuk ditumbuk atau digiling di tempat penggilingan padi (huller). Penjemuran ini dapat berlangsung selama seharian. Bahkan apabila matahari tidak terlalu terik, penjemuran ini dapat berlangsung berhari-hari. Ketika dijemur, padi harus ditunggui karena padi tersebut harus dibalik dan dikirai supaya cepat matang sehingga kulitnya mudah terlepas. ketika ditumbuk atau digiling di mesin penggiling. Penjemuran padi itu perlu pula ditunggui supaya padi-padi itu tidak dimakan ayam. Pada saat menunggui padi inilah, para perempuan Kuantan Singingi acapkali mengisi waktu mereka dengan bermain toka-toki.

2.4 Mencari Kutu
Setelah melakukan pekerjaan di sawah dan pekerjaan rumah tangga lainnya, biasanya pada sore hari, perempuan-perempuan Kuantan Singingi mempergunakan waktunya untuk bercengkrama dengan keluarga dan bersosialisasi dengan tetangga. Biasanya apabila semuanya terdiri dari kaum perempuan, kalau ada anak laki-laki kecil tidak masalah, mereka berkumpul di tangga rumah atau juga pelantar sambil duduk-duduk mencari kutu. Selain membicarakan berbagai hal, bahkan juga menggosip, mereka juga bermain toka-toki.

3 Fungsi Teka-teki dalam Masyarakat Kuantan Singingi
Di dalam masyarakat Kuantan Singingi teka-teki mempunyai fungsi seperti di bawah ini.

3.1 Berpikir dan Menyampaikan Pendidikan
Teka-teki terdiri atas dua bagian penting, yaitu bagian pertanyaan (topic) dan bagian jawaban (referent). Kedua bagian ini dapat dilihat hubungannya secara langsung, yaitu ketika teka-teki tersebut bersifat harfiah. Akan tetapi, seringkali pula teka-teki tersebut tidak dapat dilihat hubungannya secara langsung karena bersifat metaforis.

Teka-teki yang bersifat harfiah akan lebih mudah mencari jawabannya dibandingkan teka-teki yang bersifat metaforis. Akan tetapi, kedua bentuk teka-teki tersebut tetap saja memerlukan pemikiran untuk menemukan jawabannya.
Bermain teka-teki menuntut para penutur dan penjawabnya untuk berpikir. Penutur atau orang yang memberikan pertanyaan teka-teki akan berusaha membuat teka-tekinya sulit dijawab oleh penjawab. Mereka akan mendapatkan kepuasan ketika teka-tekinya tidak dapat terjawab.

Sebagian besar toka-toki yang ada di dalam masyarakat Kuantan Singingi mempunyai jawaban yang berupa benda-benda atau hal-hal yang ada di dalam lingkungan mereka. Dengan demikian, masyarakat, terutama anak-anak akan dibimbing untuk mengetahui, misalnya ciri-ciri benda-benda di sekitar mereka melalui teka-teki.

Dalam batang ado daun
Dalam daun ado isi

‘Dalam batang ada daun
dalam daun ada isi’
(Hamidy, 1995:173)

Jawaban toka-toki di atas adalah lemang. Lemang merupakan salah satu makanan khas masyarakat Kuantan Singingi yang terbuat dari beras ketan yang dicampur dengan santan lalu dimasukkan ke dalam bambu yang sudah dialas dengan daun pisang dan kemudian didiang dalam jarak tertentu.

Omak manjaik, bapak marokok
‘Emak menjahit, bapak merokok’

Jawab: kareta api ‘kereta api’

Tidak hanya benda atau hal-hal yang dekat dengan mereka, melalui toka-toki mereka juga mendapatkan pengetahuan dan wawasan baru yang asing atau tidak akrab dengan mereka, seperti jawaban toka-toki di atas. Kereta api merupakan alat transportasi yang cukup canggih yang sebelumnya tidak dikenal masyarakat Kuantan Singingi. Pengetahuan ini merupakan hal yang cukup baru dibandingkan pengetahuan mengenai lemang yang lebih akrab dengan masyarakat Kuantan Singingi. Dengan demikian, toka-toki juga dapat sebagai sarana penyampaian pendidikan dan ilmu pengetahuan.

3.2 Hiburan
Waktu pelaksanaan bermain toka-toki ini cenderung pada waktu-waktu senggang atau sebagai “perintang waktu”. Oleh karena itu, ada kecenderungan fungsi toka-toki lebih bersifat hiburan dan pengisi waktu. Hal ini akan terlihat jelas pada toka-toki yang isinya terkesan bermain-main saja.

Cirik apo nan dimakan urang?
‘Cirit apa nan dimakan orang?’
(Hamidy, 1995:172)

Jawaban toka-toki tersebut tidak terduga karena orang tidak akan menyangka jawaban yang demikian. Orang cenderung berpikir cirik ‘cirit’ yang dimaksud adalah ‘kotoran manusia’ bukan cirik minyak ‘cirit minyak’ yang merupakan nama makanan. Ketidakterdugaan dan kelucuan inilah yang membuat toka-toki ini menjadi hiburan belaka bagi penikmatnya.

2.3.3 Menggoda
Di dalam masyarakat Kuantan Singingi, teka-teki juga berfungsi untuk menggoda orang lain. Toka-toki dengan fungsi ini berhubungan dengan pemikiran orang mengenai sesuatu yang porno atau cabul, seperti seks.

Baradu bulu samo bulu, ilang akal
‘beradu bulu sama bulu, hilang akal’

Jawab: urang tatiduar, bulu mato bagian ate dan bawah baradu
‘Orang tertidur, bulu mata bagian atas dan bawah beradu’
(Hamidy, 1995:172)

Orang berpikir jawaban teka-teki tersebut berhubungan dengan sesuatu yang porno. Pernyataan baradu bulu samo bulu, ilang akal ‘beradu bulu sama bulu, membuat orang mengasosiasikannya dengan kondisi orang yang sedang bersetubuh. Apalagi kemudian ditambah dengan pernyataan hilang akal yang membuat seolah asosiasi tersebut benar. Padahal jawabannya adalah orang yang tertidur.
Toka-toki yang membuat orang berpikir “jorok” tersebut disengaja untuk menggoda penerka dan orang-orang yang mendengar toka-toki ini. Tujuan ini akan lebih tercapai apabila diajukan kepada seorang gadis.

4. Bahasa Teka-teki

4.1 Kata Penanya dalam Toka-toki
Teka-teki merupakan permainan kata-kata yang membutuhkan jawaban. Oleh karena itu, sebagian besar teka-teki mengandung kata penanya. Di dalam teka-teki yang terdapat di Kuantan Singingi, kata penanya yang sering digunakan adalah kata penanya siapo; sapo ‘siapa’ dan apo ‘apa’.

4.1.1 Siapo; sapo
Salah satu kata penanya yang digunakan di dalam toka-toki Kuantan Singingi adalah kata tanya siapo ‘siapa’. Kadang kata siapo ini bervariasi dengan kata sapo, kata penanya yang menanyakan atau merujuk pada orang.

Sapo nen barani ngakok kapalo parasiden
Sapo ru?

‘Siapa yang berani memegang kepala presiden
Siapa itu?’

Sementara pada teka-teki di bawah ini penggunaan kata tanya sapo tidak berhubungan dengan jawaban teka-teki. Kata tanya pada teka-teki tersebut berfungsi sebagai penjebak bagi penerka teka-teki. Dengan tambahan kalimat Sapo dapek den tokok membuat orang yang memberikan teka-teki mendapatkan alasan untuk memukul si penerka kalau teka-teki itu dapat dijawab. Biasanya, teka-teki yang diajukan ini adalah teka-teki yang mudah dijawab.

Toka-toki kok, ular mati pandai merokok
Sapo dapek den tokok

‘toka-toki kok, ular mati pandai merokok
Siapa dapat saya pukul’

4.1.2 Apo (Apo ru, Apo lo ru, Apo tu, Apo jie kilen)
Kata penanya apo ‘apa’ dipakai untuk menanyakan barang atau benda. Di dalam toka-toki Kuantan Singingi apabila terdapat kata penanya ini berarti jawaban teka-teki yang diminta adalah berupa barang atau benda.

Cirik apo nan orun?
‘Cirit apa nan harum?’

Di dalam teka-teki, kata penanya apo ‘apa’ dapat terletak di dalam kalimat atau awal kalimat.

Apo ngan kamano poi mambao rumah?
‘Apa yang kemana pergi membawa rumah?’

Ada pula toka-toki yang diawali dengan cerita terlebih dahulu. Setelah itu, pada kalimat berikutnya muncullah kalimat tanya yang berhubungan dengan cerita yang disebutkan di muka. Kata tanya apo ‘apa’ di dalam kalimat tersebut bervariasi dengan kata ru atau tu, yang di dalam kalimat ini dapat diartikan ‘itu’, Apo lo ru ‘Apa pula itu?’ dan Apo gaak ru ‘Apa pula agaknya/kiranya itu’.

Ayiar, ayiar apo nen ndak bisa dimasuakkan ka botol?
Apo ga ak ru?

‘Air, air apa yang tidak bisa dimasukkan ke dalam botol?’
‘Apa agaknya itu/ apa kira-kira itu?’

Contoh-contoh di atas tidak menjelaskan berapa jumlah si penerka teka-teki. Dengan demikian, si penerka dapat berjumlah satu orang, tetapi dapat pula lebih. Namun, pada teka-teki berikut, kata tanya apo ‘apa’ diikuti kata ganti yang menunjukkan bahwa si penerka teka-teki berjumlah banyak, minimal dua orang. Hal itu tampak pada teka-teki di bawah ini yang menggunakan kata tanya apo yang bervariasi dengan kata ru kilen. Kata kilen itulah yang mengandung makna banyak, yang berarti ‘kalian’.

Kalau ka ruma urang tutupke pintu ru
Kalau poi urang bukak a e pintu ru
Apo ru kilen?

‘Kalau ke rumah orang, tutupkan pintunya
Kalau pergi orang bukakan pintunya
Apa itu [kata] kalian?’

5. Penggunaan Bahasa Literal dan Bahasa Metaforis
Bahasa yang digunakan di dalam toka-toki dapat bersifat literal (harfiah), tetapi dapat pula bersifat metaforis (kiasan). Hal tersebut dapat dilihat pada penjelasan berikut.

5.1 Bahasa Literal
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:679) literer adalah ‘berhubungan dengan tradisi tulis’. Adapun bahasa literer dapat diartikan sebagai bahasa yang berhubungan dengan bahasa tulis. Penggunaan bahasa ini berimplikasi pada makna kata atau kalimat yang bersifat literal pula, yaitu mengartikan sesuai dengan apa yang tertulis. Beberapa toka-toki Kuantan Singingi menggunakan bahasa jenis ini.

Disobuik sakali bulieh dimakan
Disobuik duo kali ndak bisa dimakan

‘Disebut sekali boleh dimakan
Disebut dua kali tidak bisa dimakan’

Pertanyaan disobuik sakali bulieh dimakan mempunyai jawaban kacang. Sedangkan pertanyaan kedua disobuik duo kali ndak bisa dimakan mempunyai jawaban kacang-kacang. Baik pertanyaan, maupun jawaban di atas mengandung makna literal karena keduanya mempunyai makna apa adanya; yang sebenarnya.

5.2. Bahasa Metaforis
Orang Melayu adalah orang yang cenderung berpikir metaforis (Hamidy, 2001:14). Hal ini disebabkan sifat orang Melayu yang cenderung mengemukakan sifat malu. Dengan demikian, mereka lebih suka mengatakan sesuatu secara tidak langsung dan mempergunakan perlambang-perlambang dan kiasan-kiasan untuk mengungkapkan perasaan atau pikiran mereka.
Hal tersebut terlihat pula di dalam toka-toki. Penggunaan bahasa yang metaforis pada sebagian besar toka-toki yang terkumpul di dalam penelitian ini sangat menonjol.

Pak, pak picik pusek deen
Deen nak iduk a
Apo lo ru?
‘Pak, pak tekan/pencet pusat saya
Saya mau hidup’


Toka-toki di atas menggunakan bahasa yang metaforis. Masyarakat Melayu Kuantan Singingi membuat pertanyaan toka-toki yang mempunyai jawaban senter tersebut dengan mempergunakan kiasan. Tombol yang ada pada senter dianggap pusek ‘pusat’. Sementara nyala senter digambarkan sebagai keinginan sesuatu itu untuk hidup. Penggunaan kata “hidup” di dalam toka-toki tersebut berdasarkan diksi yang biasa digunakan masyarakat Melayu Kuantan Singingi, yang memilih kata hidup untuk kata menyala pada lampu atau senter.

http://www.sungaikuantan.com/2010/02/teka-teki-melayu-rantau-kuantan.html

Penemuan Fosil di Logas-Kuansing

Penemuan Fosil di Logas-KuansingBaru-baru ini, ditemukan fosil jutaan tahun di Sungai Singingi, Kecamatan Logas, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing). Riau mungkin harus menulis ulang sejarahnya pasca ditemukannya fosil dari zaman prasejarah di Logas itu. Beberapa benda yang diperkirakan berusia jutaan tahun itu ditemukan oleh tim peneliti dari Pusat Studi Kebudayaan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Tim peneliti yang beranggotakan beberapa arkeolog, sejarawan, peneliti budaya, dan ahli geologi itu bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Provinsi Riau. Pusat Studi Kebudayaan UGM dan Disbudpar Riau bekerja sama menyusun kebijakan tentang budaya lokal daerah yang akan dijadikan Rencana Induk Pengembangan Kebudayaan Melayu.

Ketua tim, Dr Widya Nayati MA, dalam jumpa pers di Hotel Aryaduta, Pekanbaru, Selasa (12/8) malam, mengatakan, hasil temuan tim selanjutnya akan dibawa ke Yogyakarta untuk dikaji lebih mendalam secara akademis.

“Tapi ini tetap milik Riau dan UGM, dan kita harap museum di sini menyimpannya,” ungkap Widya.

Temuan berupa kapak perimbas, penetak, serpih, dan serut oleh tim dari UGM ini membatalkan fakta lama yang meletakkan Candi Muara Takus sebagai tonggak awal sejarah kebudayaan Riau. Usia batu fosil itu diperkirakan berasal dari zaman Pleistosen.

Dari hasil analisa geologis UGM, Agus Trihascahyo ST.SS.MSc, batuan memiliki kekerasan hingga 7 pada skala mosh.

“Sebagai ukuran, berlian memiliki kekerasan 10 pada skala mosh,” ujar Agus.

Untuk usia pasti dari benda-benda itu, Agus belum dapat memastikan. “Kami tidak menggunakan absolute dating untuk memastikan usia. Tapi menggunakan relatives dating,” imbuhnya.


Menurut Agus, relatives dating, adalah penentuan umur sebuah benda berdasarkan tingkat teknologi benda itu sendiri. Dengan dasar itu, dapat diperoleh perkiraan budaya paleolitiknya. Selanjutnya, dengan dasar tingkat budayanya, tim memperkirakan benda prasejarah itu milik pithecanthropus, atau mungkin homo sapiens.

Tetapi, Widaya maupun Agus masih belum dapat memberikan keterangan pasti perihal manusia pemilik benda itu. Pasalnya, sejauh ini tim belum menemukan fosil manusia.

“Ini butuh pencarian lanjutan,” ungkap Agus.

Agus menekankan, saat ini yang paling dibutuhkan adalah pengamanan lokasi temuan dari peneliti asing. maupun perusakan oleh masyarakat lokal. Selain kelanjutan penelitian.

Menurut Widya, temuan merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya bagi dunia arkeologi.

“Tidak hanya Riau, bahkan Asia dan dunia,”ujar Widya yang juga ahli spesialis budaya perdagangan abad ke-17.

Riau saat ini menjadi provinsi ketiga yang memiliki kekayaan prasejarah. Penemuan benda prasejarah pertama di Sumatera menurut Widya adalah di Lahat, Sumsel, kemudian Kalianda, Lampung, dan Logas Kuansing, Riau.

Perlu Bukti LainSejarawan Riau Suwardi MS berpendapat penemuan itu perlu dikomparasikan dengan temuan purbakala yang ada di Trinil, pusat temuan manusia purba di Indonesia. Logas selama ini terkenal sebagai penghasil batu akik. Belum tentu benda-benda yang ditemukan adalah hasil karya manusia purba.

“Bisa jadi batu yang menyerupai kapak disebabkan pecahan alam atau dipecah perajin akik,” ujarnya, Kamis (13/8).

Profesor yang termasuk lima tokoh referensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang kebudayaan Melayu ini menegaskan perlu bukti lain untuk menyatakan temuan di Logas merupakan peninggalan prasejarah. Untuk memperkuat temuan perlu ada bukti lain berupa tengkorak atau bagian tubuh manusia purba.

Suwardi mencontohkan penemuan di Trinil. Penemuan yang menjadi tolok ukur manusia purba dunia ini awalnya ditemukan dalam bentuk bagian tubuh. Sementara peralatan dan perkakas yang mereka gunakan ditemukan di kemudian hari. (sumber: Tribun Pekanbaru)

http://www.sungaikuantan.com/2009/08/penemuan-fosil-di-logas-kuansing.html

Sep 28, 2010

6 Kabupaten TerKaya di Indonesia

1. Kota Bontang, Kaltim
PDB per kapita Kota Bontang tercatat sebesar Rp368,05 juta. Bontang yang terletak sekitar 120 kilometer dari Samarinda itu berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Timur di utara dan barat, Kabupaten Kutai Kartanegara di selatan, dan Selat Makassar di timur. Kaltim merupakan propinsi yang memberikan gaji atau upah tertinggi kedua secara nasional kepada karyawan atau buruh, yakni Rp2,15 juta per bulan.

Sejumlah perusahaan besar beroperasi di kota ini, di antaranya Badak NGL (gas alam), Pupuk Kalimantan Timur (pupuk dan amoniak), dan Indominco Mandiri (batu bara). Bontang juga memiliki kawasan industri petrokimia dan merupakan kota yang berorientasi di bidang industri, jasa serta perdagangan.

2. Kabupaten Mimika, Papua
Kabupaten Mimika di Papua selama 2009 membukukan PDB per kapita Rp295,05 juta. Di Kabupaten Mimika yang beribukota Timika itu beroperasi salah satu tambang emas terbesar dunia, PT Freeport Indonesia. Gaji atau upah rata-rata yang diterima pegawai atau buruh di Papua juga tertinggi di Indonesia, yakni Rp2,16 juta per bulan.

Berdasarkan data Hasil Audit Badan Pemeriksa Keuangan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2009, Kabupaten Mimika mencatat dana bagi hasil Rp424,33 miliar. Namun, perolehan dana bagi hasil itu masih lebih rendah dibanding Bontang yang mencapai Rp476,83 miliar.

3. Jakarta Pusat, DKI Jakarta
PDB per kapita tertinggi ketiga adalah Jakarta Pusat yang mencapai Rp224,41 juta. Sebagai daerah pusat ibukota pemerintahan, Jakarta Pusat diuntungkan dengan berkembangnya transaksi bisnis dan jasa. Upah atau gaji rata-rata yang diterima pegawai, pekerja atau buruh di Jakarta, tergolong tinggi, yakni Rp1,92 juta per bulan.


4. Kota Kediri, Jawa Timur

Sementara itu, Kota Kediri di Jawa Timur mencatatkan PDB per kapita Rp202,33 juta, atau menempati urutan keempat terbesar. Di kota kretek itu beroperasi pabrik rokok besar, PT Gudang Garam Tbk yang tahun lalu mencatatkan pendapatan Rp32,97 triliun.

5. Kabupaten Siak, Riau

Di urutan berikutnya, Kabupaten Siak di Riau membukukan PDB per kapita Rp156,35 juta. Tidak ada perusahaan yang menonjol di daerah tersebut, meski potensi unggulan daerah ini adalah sektor pertambangan minyak bumi.

Kabupaten Siak juga memiliki potensi strategis mengingat daerahnya berada di wilayah segi tiga pertumbuhan ekonomi "Sijori" Singapura-Johor-Riau dan IMG-GT (Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle).

Dengan jarak hanya 150 kilometer dari Singapura, Siak diuntungkan sebagai persinggahan alternatif bagi kapal pedagang di Selat Malaka dan bahkan berpotensi besar menjadi relokasi industri dan layanan perdagangan internasional.

Namun, untuk dana bagi hasil, Siak menempati peringkat keempat terbesar atau mencapai Rp993,2 miliar. Penerimaan dana bagi hasil Kabupaten Siak ini hanya kalah dari Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur sebesar Rp2,56 triliun, Bengkalis (Riau) Rp1,51 triliun, dan Kutai Timur (Kaltim) Rp1,05 triliun.

6. Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat

Kabupaten lainnya yang mampu membukukan PDB di atas Rp100 juta adalah Kabupaten Sumbawa Barat di Nusa Tenggara Barat (NTB). PDB per kapita kabupaten yang di daerahnya beroperasi perusahaan tambang besar, PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) itu mencapai Rp128,26 juta. (hs

sumber: forumkami.com

Sep 24, 2010

Visit Teluk Kuantan

Visit Teluk Kuantan

From Pekanbaru about 170 km south to Teluk Kuantan, crossing the equator just after Lipat Kain. Before reaching Taluk Kuantan, the road crosses Logas region, once a gold mining area. During the Second World War, the Japanese established here a camp where many Dutch people were imprisoned and exploited by forcing them to work in the mines.
Taluk Kuantan lies at the upstream part (Hilir) of Indragiri River. In the early years, this river was used to carry the gold, which was mined in West Sumatra, to the east coast of Sumatra.

Teluk Kuantan is the centre of Pacu Jalur, a traditional boat race held every year in remembrance Indonesia's independence day on the 17th of August. More than 100 teams from all over Riau province join the race. Each team rows their line, a long and slender boat that carries 50 to 60 people, along a track setout on Indragiri River. The races start on Wednesday in the third or fourth week of August. The boats gather upstream and race to each other two by two. The winner makes the next round. The final is held on Sunday.
Pacu Jalur in Kuantan Singingi is full with mystic and tradition, which already starts with picking out a tree with a circumference of 4 to 5 meters for the Jalur, up to the moment, the Jalur is launched into the water.

http://www.sungaikuantan.com/2010/03/visit-teluk-kuantan.html

Pembangunan Sport Center di Kuansing

Sport Center Kuansing, salah satu venue PON Riau XVIII tahun 2012. Pembangunan disegala bidang saat ini telah dipacu di Kabupaten Kuantan Singingi. Kabupaten yang baru berdiri beberapa tahun belakangan. ini terbukti dengan banyaknya sarana penting yang dibangun antara lain Sekolah Pintar, Sportcenter, Prasarana Jalan, Irigasi dan terakhir ini tempat ibadah yaitu Masjid Agung.
Semua itu berkat kerjasama semua unsur/elemen masyarakat di Kabupaten Kuantan Singingi baik dari Lembaga Swadaya Masyarakat, Pemuda, Pemerintah, Pengusaha, Investor, maupun Masyarakatnya sendiri yang saling mendukung program Pemerintah Daerah walaupun ada sekelompok orang yang tidak se apreasi elemen terebut.

sport center kuansing
Diantara beberapa Proyek Pembangunan salah satunya Pembangunan Sport Center yang memerlukan Biaya lebih kurang Rp. 160 M yang kondisi sekarang sekitar 70 % yang ditargetkan diakhir tahun 2010 ini Rampung. ini dikarenakan Bangunan Sport Center ini akan digunakan sebagai tempat Pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat Propinsi Riau pada Akhir tahun mendatang.
Sport Center ini terdiri dari beberpa Gedung yaitu Lapangan Bola, Kolam Renang, Badminton dan masih ada beberapa gedung lainnya. dilihat dari keseriusan Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi nampaknya diacungi jempol. walaupun termasuk dari beberapa Kabupaten Baru yang Pendapatan Asli Daerahnya Kurang Namun Semangat untuk membangun adalah Prinsip dari Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi. ini terbukti dengan Piagam yang diberikan Kepada Bapak Bupati Kuantan Singingi H. Sukarmis beberapa bulan yang lalu di Jakarta.
Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Singingi dari sekian Kabupaten yang ada di Indonesia termasuk Rangking 4 dalam hal Pembangunan Daerah. mudah-mudahan ini bisa dapat dipertahankan dan berlanjut untuk masa-masa yang akan datang walaupun pemimpinnya berganti.

http://www.sungaikuantan.com/2010/03/Pembangunan Sport Center di Kuansing.html

Taman Kota Teluk Kuantan

taman+kota+teluk+kuantan

Kota Teluk Kuantan adalah ibu kota Kabupaten Kuantan Singingi (kuansing). Kota Teluk kuantan terletak ditepi Sungai kuantan. Wow.. terbayang ga… betapa indahnya Kota Teluk Kuantan ini. Apa lagi ditambah dengan kehadiran Taman Kota Teluk Kuantan yang terletak dipusat kota serta menghadap ke Sungai Kuantan. Suasana yang romantis dikala sang surya tenggelam ditembah angin sepoi-sepoi menerpa wajah. Tepian Sungai Kuantan ini bernama Tepian Narosa. Di tepian narosa ini ajang Pacu Jalur skala internasional digelar setiap tahunnya. Pacu Jalur adalah salah satu objek wisata unggulan riau.

Selain itu, kita bisa menikmati keindahan taman kota teluk kuantan ini sambil berselancar menggunakan serat fiber optic. Karena Taman Kota Teluk Kuantan ini mempunyai pasilitas hotspot gratis pemda kuansing berkecepatan 1MB/s. Suasana santai anda di Taman Kota Teluk Kuantan akan terasa lebih hidup karena anda bersantai sambil menembus relung dunia maya. Tentunya taman kota teluk kuantan ini akan membuat kita nyaman menghabiskan waktu sambil berdiskusi baik itu offline maupun online melalui chatbox ataupun ngeBlog.

taman+kota+teluk+kuantanSebentar lagi event internasional yakni Pacu Jalur akan digelar di Kota Teluk Kuantan pada bulan Juli dan Agustus mendatang. Ini adalah kesempatan kita semua untuk untuk menikmati keindahan Taman Kota teluk kuantan sekaligus event wisata budayanya.

http://www.sungaikuantan.com/2010/03/Pembangunan Sport Center di Kuansing.html

Sep 16, 2010

Misteri Dayung Buat Si Ratu Wilhelmina


Festival Pacu Jalur

Pacu Jalur adalah sejenis lomba dayung tradisional khas daerah Kuantan Singingi (Kuansing) yang hingga sekarang masih ada dan berkembang di Propinsi Riau. Lomba dayung ini menggunakan perahu yang terbuat dari kayu gelondongan yang oleh masyarakat sekitar juga sering disebut jalur.


Kayu gelondongan ini sengaja diambil dari hutan yang ada di wilayah Kuantan Singingi, bukan sembarang kayu yang bisa dipergunakan untuk jalur ini, sebelumnya tukang jalur atau orang yang ahli dalam membuat jalur ini pergi ke hutan untuk survey kayu, ada banyak kriteria kayu yang dijadikan sebagai jalur terutama besar (diameter) dan panjang kayu itu sendiri, setelah kayu ditemukan, kayu tersebut ditandai , setelah itu beberapa waktu kemudian dilakukan penebangan terhadap kayu tersebut yang tentu saja ada ritual tersendiri, ini filosifinya adalah menghormati dan minta izin kepada hutan belantara untuk mengambil kayu yang cukup besar, disini dapat kita ambil hikmahnya, menebang kayu sebatang saja nenek moyang kita pun masih banyak mempertimbangkan dan memperhatikan ekologi hutan itu sendiri.
Upacara adat khas daerah Kuansing ini diselenggarakan setiap satu tahun sekali untuk merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya pada tanggal 23—26 Agustus. Panjang perahu/jalur yang digunakan dalam lomba ini berkisar antara 25—40 meter dengan jumlah atlet 40—60 orang tiap perahu. Biasanya, festival ini diikuti oleh ratusan perahu dan melibatkan beribu-ribu atlet dayung, serta dikunjungi oleh ratusan ribu penonton baik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Konon, kegiatan lomba dayung ini merupakan warisan budaya masyarakat Kuantan Singingi yang telah berlangsung sejak tahun 1900-an. Perahu atau jalur, dahulu, sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai sarana transportasi untuk mengangkut hasil bumi atau pun hasil hutan. Karena dahulunya sarana transportasi yang sering digunakan oleh masyarakat adalah sungai yang dikenal dengan nama Sungai Batang Kuantan. Kebiasaan menggunakan perahu inilah yang mungkin merupakan cikal bakal kegiatan Pacu Jalur. Pada zaman penjajahan Belanda, Pacu Jalur juga dimanfaatkan oleh pemerintah Belanda untuk memeringati serta memeriahkan hari ulang tahun ratu mereka yang bernama Ratu Wilhelmina. Namun, semenjak Indonesia merdeka, Pacu Jalur berangsur-angsur dijadikan upacara khas untuk merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.

Pada awalnya, kegiatan Pacu Jalur hanya diikuti oleh segelintir masyarakat di sekitar daerah Kuantan Singingi. Namun, dalam perkembangannya, kegiatan ini banyak mendapat perhatian dan simpati dari berbagai kawasan, terutama daerah-daerah kawasan Riau dan sekitarnya serta mancanegara. Oleh karena itu, saat ini festival Pacu Jalur tidak hanya milik masyarakat Kuantan Singingi saja, melainkan telah menjadi pesta rakyat milik masyarakat Riau dan bahkan milik seluruh masyarakat Indonesia, karena Pacu Jalur sudah dimasukkan kedalam agenda pariwisata nasional yang rutin dilakukan tiap tahun.
Kegiatan Pacu Jalur merupakan pesta rakyat yang terbilang sangat meriah. Bagi para wisatawan yang berkunjung ke acara ini dapat menyaksikan kemeriahan festival yang merupakan hasil karya masyarakat Kuantan Singingi ini. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, Pacu Jalur merupakan puncak dari seluruh kegiatan, segala upaya, dan segala keringat yang mereka keluarkan untuk mencari penghidupan selama setahun. Pendeknya, Pacu Jalur selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Masyarakat Kuantan Singingi dan sekitarnya tumpah ruah menyaksikan acara yang ditunggu-tunggu ini. Karena meriahnya acara ini, konon beredar cerita, bahwa sepasang suami istri harus rela bercerai jika salah satu pasangannya dilarang mendatangi acara tersebut.
Selain sebagai event olahraga yang banyak menyedot perhatian masyarakat, festival Pacu Jalur juga mempunyai daya tarik magis tersendiri. Festival Pacu Jalur dalam wujudnya memang merupakan hasil budaya dan karya seni khas yang merupakan perpaduan antara unsur olahraga, seni, dan olah batin. Namun, masyarakat sekitar sangat percaya bahwa yang banyak menentukan kemenangan dalam perlombaan ini adalah olah batin dari pawang perahu atau dukun perahu. Keyakinan magis ini dapat dilihat dari keseluruhan acara ini, yakni dari persiapan pemilihan kayu, pembuatan perahu, penarikan perahu, hingga acara perlombaan dimulai, yang selalu diiringi oleh ritual-ritual magis. Pacu Jalur dengan demikian merupakan adu/unjuk kekuatan spiritual antar-dukun jalur. Selain perlombaan, dalam pesta rakyat ini juga terdapat rangkaian tontonan lainnya, di antaranya Pekan Raya, Pertunjukan Sanggar Tari, pementasan lagu daerah, Randai Kuantan Singingi, dan pementasan kesenian tradisional lainnya dari kabupaten/kota di Riau.

Para wisatawan yang berkunjung ke festival ini juga dapat mengunjungi obyek-obyek wisata lainnya yang jaraknya tidak terlalu jauh dari lokasi penyelenggaraan acara ini, seperti Air Terjun Tujuh Tingkat Batang Koban di Desa Lubuk Ambacang, dan Desa Wisata Sentajo yang menyimpan warisan rumah adat tradisional zaman dahulu dan mesjid tua Pangean yang menyimpan sejarah.
Pacu Jalur diselenggarakan di pinggir Sungai Kuantan (Teluk Kuantan) yang juga terkenal dengan nama Tepian Narosa di Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau, Indonesia.
Lokasi Pacu Jalur yang berada di Tepian Narosa berjarak kira-kira 150 km dari Kota Pekanbaru ke arah selatan. Dengan menggunakan kendaraan pribadi roda empat, para wisatawan yang ingin menyaksikan event besar ini, cukup menempuh perjalanan sekitar tiga setengah jam dari Kota Pekanbaru. Alernatif lain untuk menuju lokasi acara pesta rakyat ini adalah menggunakan transportasi umum yang tersedia dari Kota Pekanbaru menuju Kota Kuantan Singingi.


Kegiatan-kegiatannya dalam Upacara Pacu Jalur antara lain adalah :

a) Membuat Jalur (membuat perahu / sampan)

Pekerjaan membuat jalur tentulah tidak dapat dilakukan satu atau dua orang, melainkan memerlukan beberapa orang yang ahli dengan bantuan masyarakat, karena jalur yang dibuat adalah dalam ukuran besar, panjangnya 25-30 meter yang akan didayung oleh 50-60 orang.

Pekerjaan yang pertama sekali dilakukan adalah mencari bahan, yakni pohon kayu besar sekitar empat pemeluk (antara 45 meter lingkaran batangnya) diatur oleh seorang Paktuo dan Dukun Kayu. Setelah kayu didapat, pekerjaan berikutnya adalah upacara menobang (menebang) kayu yang diawali dengan malembe, yakni membaca doa dan mantra supaya pekerjaan itu berjalan lancar. Selesai itu barulah kayu mulai dicatuk, mulai dilukai. Catukan (kepingan kayu) diambil dan disimpan yang akan dipergunakan sebagai obat jika ada diantara pekerja pembuat jalur sakit. Setelah kayu ditebang dan dibersihkan, barulah pekerjaan membuat jalur dimulai dengan dipimpin oleh seorang Tukang Tuo, dibantu oleh Tukang Pengapik sebanyak dua atau tiga orang serta anggota masyarakat lainnya yang mau membantu dan pandai bertukang.

b) Menarik Jalur

Jalur baru siap separuhnya itu ditarik ke kampung dengan upacara khusus yang disebut menarik jalur. Jalur ditarik dengan mempergunakan rotan manau. Pekerjaan menarik (menghelo) jalur ini dilakukan oleh kaum laki-laki, sedangkan wanitanya menyediakan makanan. Pada waktu itulah para pemuda dan pemudi dapat berdampingan bersenda gurau sambil ajuk mengajuk hati masing-masing. Bahkan, tidak jarang para pemuda turut pula menarik/menghelo jalur berdekatan dengan sang pemudi impiannya. Menarik jalur dari rimba ke kampung adalah pekerjaan yang tidak ringan, bukan saja karena jalur itu sangat berat tetapi jarak yang ditempuh cukup jauh, yakni lebih kurang sepuluh (10) kilometer.

c) Mendiang Jalur (memanggang Jalur)


Setelah jalur selesai dua pertiga, maka jalur itu perlu pula didiang (dipanaskan dengan api). Pekerjaan itupun dilakukan dengan upacara khusus pula dan dimeriahkan dengan berbagai atraksi kesenian masyarakatnya seperti : tari-tarian, bekayat nandong, gondang berogung dan lain sebagainya.

d) Menurunkan Jalur

Dalam menghadapi acara Pacu Jalur, Paktuo lah yang mengatur dan mempersiapkan segala kelengkapannya termasuk menentukan orang-orang yang turut berpacu di dalam jalur itu. Setelah semuanya siap, ditentukanlah ketika yang baik untuk menurunkan jalur itu ke sungai Kuantan. Pada hari dan ketika yang baik menurut dukun, jalurpun diturunkan beramai-ramai, kemudian diceburkan ke air.

e) Pacu Jalur

Pacu Jalur dipusatkan di Taluk Kuantan. Sebelum pembukaan di Taluk Kuantan, terlebih dahulu diadakan pula di Kecamatan Basrah acara Pacu Jalur Lokal, yang hanya diikuti oleh peserta dari Kecamatan Kuantan Hilir. Kebiasaan ini mulai timbul sejak tahun 1970, dan berlangsung sebelum tanggal 17 Agustus setiap tahunnya. Sedangkan Pacu Jalur dilakukan sesudah tanggal 17 Agustus tepatnya minggu ketiga atau keempat yang tersedia sambil menunggu giliran untuk berpacu. Dalam berpacu jalur, panduan rute yang harus dilalui oleh peserta pacuan, di tengah sungai diberi tanda berupa pancang sebagai pemisah lajur jalur panduan rute yang harus dilalui oleh peserta pacuan, di tengah sungai diberi tanda berupa pancang sebagai pemisah lajur jalur.

Pancang jumlah ada 4 (empat) buah yang memberi petunjuk :

- Pancang Mudiak (hulu tempat start)

- Pancang Tongah

- Pancang Ulak yang disebut juga pancang akhir (hilir) tempat jalur kembali ke finishnya. Setelah berpacu, jalur-jalur itu dirapatkan ke tebing tempat hakim pacu menunggu. Pengumuman hakim siapa pemenangnya akan disambut tepuk sorak penonton.

Kabupaten Kuantan Singingi