Legenda "Limuno" (The Princess of Tanaku)

Sebuah cerita yang terjadi di sebuah desa yang bernama Teluk Pinang Sebatang sekarang bernama Koto Taluk terletak diseberang Sintuo. Buku ini menceritakan tentang asalmuasal nama Limuno.

Asal Muasal Orang Kuantan

BERBAGAI penelitian arkeologi, etnolinguistik, hingga kebudayaan di seluruh dunia mengatakan bahwa orang Kuantan adalah Melayu. Ketika gelombang arus migrasi pertama sekitar 1000 tahun SM

Kerajaan Koto Alang

Situs Kerajaan Koto Alang ini telah sangat lama terlupakan. Hanya beberapa Tokoh adat yang tetap menjaganya. Walau dijaga, tetap saja tak lepas dari tangan jahil yang suka memperjual belikan Benda Cagar Budaya (BCB) yang terdapat di lokasi

Negeri Silat Bukit Sangkar Puyuh (Pangean)

Kabupaten Kuantan Singingi terletak pada 1010 - 1020 BT dan 00 - 10 LS, dengan luas wilayah yang meliputi lebih kurang 7.656,03 Km2. Awalnya mempunyai enam kecamatan defenitif yaitu Kuantan Mudik

Misteri Dayung Buat Si Ratu Wilhelmina

Pacu Jalur adalah sejenis lomba dayung tradisional khas daerah Kuantan Singingi (Kuansing) yang hingga sekarang masih ada dan berkembang di Propinsi Riau. Lomba dayung ini menggunakan perahu yang terbuat dari kayu gelondongan

Nov 16, 2010

Kerajaan Koto Alang

Situs Kerajaan Koto Alang ini telah sangat lama terlupakan. Hanya beberapa Tokoh adat yang tetap menjaganya. Walau dijaga, tetap saja tak lepas dari tangan jahil yang suka memperjual belikan Benda Cagar Budaya (BCB) yang terdapat di lokasi Situs Kerajaan Koto Alang ini. Pemerintah setempat nyaris tidak mengetahui keberadaannya (atau pura-pura tidak tahu). Hati terasa perih ketika Situs Kerajaan Koto Alang terabaikan begitu saja. Maka saya mencoba menelusurinya. Sobat netter mau tau cerita petualangan saya menelusuri Situs Kerajaan Koto Alang ini? Silakan lanjutkan baca cerita selengkapnya.

Penelusuran di Dusun Botuang

Saya menelusurinya bersama seorang teman dari Koran Kampus “Bahana Mahasiswa” Universitas Riau. Dari Pekanbaru menempuh perjalanan darat menuju Kota Taluk Kuantan ibu kota Kabupaten Kuantan Singingi (Kab. Kuansing), pada minggu ketiga dan hari ketiga di bulan Oktober 2008, ujan rintik-rintik menemani perjalanan kami. Tujuannya adalah Kecamatan Kuantan Mudik, disitulah terdapat Dusun Botuang di Desa Sangau.

Untuk mencapai Dusun Botuang ini dibutuhkan waktu sekitar setengah jam dari pusat Kota Taluk Kuantan, Situs Kerajaan Koto Alang itu berada disini, dinamakan Padang Candi karena diduga kuat disitu terdapat sebuah candi yang telah sangat lama tebenam. Untuk sampai kelokasi Padang Candi ini kami melewati sebuah sungai kecil bernama Sungai Salo dan dilintasi dengan jembatan gantung yang terbuat dari kayu, bagi orang yang tidak terbiasa melewatinya akan merasa gamang karena sewaktu dilewati ia bergoyang-goyang.

Kerajaan Koto AlangDusun Botuang ini banyak menyimpan Benda Cagar Budaya (BCB) yang sering ditemukan penduduk setempat secara tak sengaja, sewaktu menggali tanah untuk berkebun dan atau hanya sekedar menata halaman rumah, seperti perhiasan yang terbuat dari emas: cincin, kalung, gelang, juga jarum penjahit dan mata kail. Menurut cerita penduduk setempat, Herlita menceritakan awal temuan ini, ketika salah seorang penduduk bermimpi didatangi orang tak dikenal untuk menggali sebuah guci yang berisikan perhiasan, setelah digali ditempat yang ditunjukkan orang tak dikenal dalam mimpim itu. Namun sayang guci itu kembali membenamkan diri, karena “Sewaktu bermimpi guci itu minta didarahi dengan darah Kambing Hitam, karena sulit didapat diganti dengan darah Anjing Hitam, makanya dia kembali tenggelam kedalam tanah,” terang Herlita.

Hal ini dibenarkan oleh Rabu Jailani Kepala Dusun Botuang, “semenjak itu banyak masyarakat yang mengambil tanah disekitar bekas penggalian guci itu untuk didulang di Sungai Salo, dan menemukan emas, malahan ada yang telah berbentuk cincin, gelang, mata kail dan jarum penjahit, kejadiannya sekitar tahun tujuh puluhan,” kata Rabu Jailani. Karena suatu hal penggalian dibekas ditemukannya guci itu dihentikan atas kesepakatan tokoh-tokoh adat Kenegerian Koto Lubuk Jambi Gajah Tunggal.

Selain perhiasan yang terbuat dari emas yang paling sering ditemukan penduduk setempat adalah batu bata kuno, berukuran sekitar satu jengkal kali dua jengkal persegi—jengkal orang dewasa. “Kalau kita gali dengan kedalaman sekitar satu meter saja, kita bisa menemukan batu bata kuno ini masih tersusun rapi didalam tanah,” kata Rabu Jailani. Dari ditemukannya batu bata kuno tersebut banyak dilakukan penelitian-penelitian dan penggalian-penggalian. Pada tahun 1955 M pernah dilakukan penggalian dan menemukan Arca sebesar botol, dan Arca tersebut sampai sekarang tidak diketahui lagi keberadaannya.

”Dulu masyarakat setempat tidak mengenal nilai dari arca tersebut sebagai benda cagar budaya yang tak ternilai harganya sebagai situs suatu peradaban kuno, akhirnya masyarakat menjualnya,” ungkap Yasir Kepala Desa Sangau. ”Sangat disayangkan,” sesalnya. Pada penggalian terakhir yang diketahui pada tahun 2007 dilakukan oleh Badan Purbakala Batu Sangkar bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Propinsi Riau tanpa sepengatahuan Pemangku Adat dan Pemerintah Daerah.

Pada penggalian sebelumnya mereka menemukan mantra berbahasa sangskerta yang ditulis pada kepingan emas yang saat ini tidak diketahui keberadaannya. ”Kita kecolongan waktu itu,” terang Suhernita Kepala Seksi (Kasi) Pengkajian Sejarah dan Nilai-nilai Tradisional, Dinas Budaya Kesenian dan Pariwisata (Disbudsianipar) Kabupaten Kuantan Singingi (Kab. Kuansing), Suhernita menambahkan, adanya kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan saat ini Disbudsianipar Kab. Kuansing fokus pada pembangunan fisik, “Untuk tahun ini kita fokus pada pembangunan fisik untuk objek parawisata Air Terjun Guruh Gemurai yang ada di Desa Kasang, Kecamatan Kuantan Mudik,” terangnya.

Hal ini dibenarkan oleh Drs. Syafrinal, M.Si kepala Disbudsianipar, yang baru menjabat sekitar enam bulan yang lalu, “Banyaknya kelemahan yang kita alami dalam perawatan objek pariwisata dan situs-situs bersejarah sangatlah merugikan kita.” Ungkap Syafrinal sewaktu kami jumpai di ruang kerjanya Komplek Perkantoran Pemerintah Daerah (Pemda) Kab. Kuansing, Kamis (23/10) lalu.

Untuk mengantisipasi kejadian serupa, Syafrinal telah berusaha semaksimal mungkin, “Kita telah membentuk tim pengumpul data objek pariwisata dan situs sejarah disetiap kecamatan,” selain itu Syafrinal mengharapkan sumbangsi kita bersama, dan pihak swasta yang mau menanamkan modalnya untuk pengembangan objek pariwisata dan situs bersejarah yang ada di Kab. Kuansing. “Saya bangga dengan yang dilakukan pemuda saat ini yang merawat seni, budaya dan parawisata Kuansing melalui media internet, salah satunya yang saya lihat serius dalam hal ini,” ungkap Syafrinal.

Kerajaan Koto Alang

Kerajaan Koto Alang apakah di Dusun Botuang?


Banyaknya ditemukan Benda Cagar Budaya (BCB) di Dusun Botuang, diduga kuat di sini berdiri kerajaan Hindu dengan nama Kerajaan Koto Alang, walau belum ada penelitian secara ilmiah yang mengungkapkannya. Mahmud Sulaiman (68)—Bergelar Datuk Tomo, seorang tokoh adat Kenegerian Koto Lubuk Jambi Gajah Tunggal, adalah keturunan Raja Kerajaan Koto Alang. Padang Candi yang terdapat di Dusun Botuang ada dibawah pengawasannya sebagai tokoh adat.

Kalau ada orang atau peneliti yang ingin tahu cerita detail tentang Padang Candi maka masyarakat Dusun Botuang merekomendasikan Datuk Tomo kepada peneliti tersebut, “Kami disini tidak tahu banyak tentang sejarah Padang Candi, yang mengetahuinya ya yang mengawasi Padang Candi, yaitu Datuk Tomo,” terang Rabu Jailani Kepala Dusun Botuang. Hal ini di benarkan pula oleh Yasir Kepala Desa Sangau, “Kalau sejarah Padang Candi kami serahkan kepada tokoh adat yang berwenang terhadap Padang Candi, dia Datuk Tomo,” kata Yasir, “Semua perangkat desa tidak ada yang mengetahuinya secara detail,” tambah pria tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) ini, sewaktu kami temui di ruang kerjanya Kamis (23/10) lalu.

Sehingga kami penasaran dan langsung menelusurinya, lalu tim kami berkunjung kekediaman Datuk Tomo yang berada di Koto Lubuk Jambi Gajah Tunggal, dan ia menceritaka tentang Padang Candi kepada tim BM dari petikan Tambo Kenegerian Koto Lubuk Jambi Gajah Tunggal. Tambo tersebut telah hancur dimakan zaman, sekarang Datuk Tomo kembali berusaha membukukannya dari hasil ingatannya, dan dari hasil penelitian tim Penelusuran Kerajaan Kandis, di Kenegerian Koto Lubuk Jambi Gajah Tunggal.

Tim ini di koordinatori oleh Pebri Mahmud Al-Hamidi, beranggotakan Drs. H. Syafri Yoes, Triwan Hardi, SH., Agusrisal SR, Hardimansyah, Jhon Herizon Patra, Raja Bastian, SE., Drs. H. Mukhlis MR., MSi., Ikatan Keluarga Kuantan Mudik (IKKM) Pekanbaru, dan Himpunan Pelajar Mahasiswa Kuantan Mudik (HPMKM) Pekanbaru. Yang diarahkan oleh Penghulu Pucuk Kenagorian Koto Lubuk Jambi Gajah Tunggal (Mahmud Sulaiman Dt. Tomo dan Syamsinar Dt. Rajo Suaro) beserta seluruh Pemangku Adat dalam Wilayah Kenagorian Koto Lubuk Jambi Gajah Tunggal. “Setelah bahan-bahan telah terkumpul semua dan dapat dipertanggung jawabkan akan segera diterbitkan dalam bentuk buku,” ucap Datuk Tomo.

Berdasarkan Tambo tersebut kerajaan Koto Alang adalah pengembangan dari Kerajaan Kandis, “Pada masa jayanya Kerajaan Kandis banyak terjadi perebutan kekuasaan dari orang-orang yang merasa mampu, mereka ingin merebut kekuasaan dan akhirnya memisahkan diri dari Kerajaan Kandis,” kata Datuk Tomo. Maka berdirilah Kerajan Koto Alang pada tahun ke 2 M, Rajanya bergelar Aur Kuning, ia mempunyai Patih (Wakil Raja) dan Temenggung (Penasehat Raja).

“Berdirinya Kerajaan Koto Alang maka terjadilah perebutan kekuasaan antar kerajaan,” Maka pada tahun 6 M Kerajaan Kandis menyerang Kerajaan Koto Alang. Dimenangkan Kerajaan Kandis. Raja Aur Kuning melarikan diri ke Jambi, ”Itulah asal usul nama Sungai Salo yang berarti Raja bukak selo—buka sila, di Dusun Botuang.” Karena tidak mau tunduk dibawah pemerintahan Kerajaan Kandis, Patih dan Temenggung melarikan diri ke arah Barat menuju Gunung Merapi (Sumatra Barat) dan mereka berganti nama, Patih menjadi Datuk Perpatih nan Sebatang dan Temenggung menjadi Datuk Ketemenggungan, ”Kedua tokoh inilah yang menjadi tokoh adat legendaris Minangkabau.” ungkap Datuk Tomo.

Peninggalan Raja Aur Kuning saat ini masi bisa ditemukan yaitu berupa Mustika Gajah sebesar bola pingpong, yang ditemukan Raja Aur Kuning didalam kepala Gajah Tunggal sewaktu Raja Aur Kuning mengalahkan Gajah Tunggal—karena mempunyai satu gading, dibunuh dengan menggunakan Lembing Sogar Jantan. ”Tempat Raja Aur Kuning membunuh Gajah Tunggal itu kini bernama Lopak Gajah Mati yang terdapat disebelah selatan Pasar Lubuk Jambi, Mustika Gajah dan Gading Tunggal, masih saya simpan, kecuali Gading Tunggal yang telah dijual salah seorang keluarga saya, ketika saya tidak berda dikampung pada tahun 1976, sangat disayangkan,” kata Datuk berjanggut ini. Sungai yang mengalir disamping Lopak Gajah Mati tersebut dinamakan dengan Batang Simujur, yang berarti mujur/beruntung membunuh gajah tersebut.

Prof. Suwardi. MS, seorang sejarawan Riau, pernah malakukan penelusuran dengan Datuk Tomo tentang Kerajaan Kandis dan Kerajaan Koto Alang, dan terhenti karena sesuatu hal, ”Kerajaan Kandis memang ada diceritakan sekilas didalam Kitab Negara Kertagama, Kerajaan Kandis itu berada di Rantau Kuantan, penelusuran ini terhenti dengan kendala SDM dan dana,” terang Suwardi. Sampai tulisan ini terbit belum ada pembenahan terhadap situs bersejarah yang terdapat di Dusun Botuang, Desa Sangau, Kec. Kuantan Mudik, Kab. Kuansing, Propinsi Riau tersebut.

sumber : http://www.sungaikuantan.com/2008/11/kerajaan-koto-alangdusun-botuang.html

Gulai Siput Kuantan



Setiap kali pulang kampung ke Teluk Kuantan untuk liburan maupun bila ada urusan pekerjaan ke Pekanbaru dan menyempatkan pulang ke Teluk Kuantan, saya tidak pernah lupa mencicipi lezatnya gulai siput (dalam bahasa Melayu dialek Kuantan di sebut gulai cipuik).

Siput sawah merupakan bahan baku utama gulai siput. Ukurannya kira-kira seukuran biji kelereng hingga lebih besar sedikit dari kelereng. Di Kabupaten Kuantan Singingi siput biasanya ditangkap di sawah pada musim kering atau saat curah hujan tidak terlalu tinggi. Pada puncak musim hujan saat sawah tergenang banyak air agak sulit untuk menangkap siput.

Siput segar (umumnya dalam keadaan masih hidup) bisa ditemukan di pasar tradisional di Kabupaten Kuantan Singingi, dijajakan oleh ibu-ibu di emperan pasar. Takaran yang digunakan biasanya cupak atau tekong (seukuran kaleng kemasan susu kental manis).

Siput dimasak dengan kuah berbumbu pedas ‘sedang’ dan santan yang tidak terlalu kental. Biasanya siput dimasak bersama salah satu sayur pelengkap (dalam bahasa lokal disebut rampai) seperti kacang panjang, pucuk daun keladi, terung asam, atau pakis (paku). Rasanya? kenyal dan seru. Seru, karena untuk memakannya perlu usaha ekstra. Daging siput disedot (di-slurup) hingga terlepas dari cangkang. Bila makan bersama, suara sedotan membuat suasana makan menjadi ramai oleh suara sedotan yang bersahutan. Agar mudah disedot bagian belakang cangkang dilubangi terlebih dahulu sebelum dimasak.

Bagi kawan blogger yang ingin mencoba makanan ini, saya rekomendasikan untuk tidak mencarinya di rumah makan, setahu saya makanan yang satu ini belum menjadi menu rumah makan. Makanan ini hanyalah menu rumahan keluarga Kuantan. Untuk menikmatinya kita harus mengunjungi keluarga Kuantan. Bila berkunjung ke Kabupaten Kuantan Singingi, anda bisa kontak kawan blogger dari Kuansing Blogger Community, mereka pasti akan dengan senang hati menjamu anda dengan gulai siput.

http://www.sungaikuantan.com/2009/12/gulai-siput-kuantan.html

Nov 13, 2010

Pelangi Abadi di Air Terjun Kuansing



Kabupaten Kuantan Singingi terletak pada 1010 - 1020 BT dan 00 - 10 LS, dengan luas wilayah yang meliputi lebih kurang 7.656,03 Km2. Awalnya mempunyai enam kecamatan defenitif yaitu Kuantan Mudik, Kuantan Tengah, Singingi, Benai, Kuantan Hilir dan Cerenti. Pada saat ini jumlah kecamatan definitif berjumlah 12 kecamatan.
Air+Terjun+Tujuh+Tingkat+Batang+Koban, Ada Pelangi Abadi di Air Terjun KuansingWilayah yang berjarak sekitar 160 Km sebelah selatan Pekanbaru itu, merupakan daerah perbukitan yang memiliki ketinggian elevasi yang bervariasi dengan elevasi tertinggi mencapai 804 meter di atas permukaan laut. Umumnya merupakan daerah perbukitan. Dengan terdapatnya Sungai Kuantan yang cukup lebar serta ditambah dengan Sungai Teso dan Sungai Singingi menjadikan sebagian dari daerah ini berada di daerah dataran sungai.

Kuantan Singingi mempunyai potensi wisata yang cukup besar, baik y alami atau pun sejarah. Potensi wisata yang paling mendarah daging bagi kehidupan masyarakat adalah pacu jalur. Iven pacu jalur yang paling besar dilaksanakan sekali setahun, dalam rangka memperingati hari kemerdekaan RI di Tepian Narosa, Teluk Kuantan. Akan tetapi potensi lain masih banyak yang belum dikembangkan. Potensi kebudayaan itu terdiri dari wisata alam, upacara-upacara adat, kesenian rakyat, permainan rakyat, benda-benda peninggalan sejarah dan lain sebagainya.

8 Juli 2008 lalu Riau Pos berkesempatan mengunjungi beberapa kawasan alam di antaranya Danau Rawang Udang di Desa Talontam Kecamatan Benai, air terjun Guruh Gemurai Desa Kasang Kecamatan Kuantan Mudik, serta air terjun tujuh tingkat di Desa Lubuk Ambacang Kecamatan Hulu Kuantan.

Danau Rawang Udang dulunya hanyalah sebuah rawa-rawa yang dialiri sungai kecil. Setelah dibangun dam, terbentuklah sebuah danau kecil. Di sini oleh pengelola disediakan beberapa perahu dari fiber (kereta air) dan dua bangunan di tengah danau. Tempat ini akan ramai dikunjungi saat hari-hari libur. Pada hari biasa hanya sebagian kecil masyarakat atau muda-mudi yang terlihat mengayuh dengan kaki perahu yang disediakan.

Menjelang sampai di kawasan ini, kita melalui sebuah jembatan yang membentang Sungai Kuantan dari Pasar Benai. Di sisi kiri dan kanan jalan menuju area berbagai perusahaan sawit dan kertas itu, terbentang persawahan dan pemukiman penduduk yang membuat mata sejuk memandang.

Air Terjun Guruh Gemurai

Kawasan ini berada Desa Kasang, Kecamatan Kuantan Mudik yang berjarak sekitar 10 km dari pasar Lubuk Jambi. Daerah perbatasan Sumbar-Riau itu merupakan kawasan hutan lindung Bukit Betabuh. Namun sayang sejak bergulirnya era reformasi, hutan yang dulunya asri dengan lereng-lereng bukit terjal, kini tak lagi tersisa, musnah akibat penebangan liar dan berganti dengan kebun-kebun karet masyarakat.

Saat ini jalan menuju air terjun sedang dalam perbaikan dan pelebaran. Beberapa jalan mendaki kini dilandaikan. Praktis, jika hari hujan, mobil tidak akan bisa masuk karena jalan licin. Dari tepi jalan nasional, kawasan ini berjarak sekitar 2 km melewati hutan gundul yang telah ditanami karet berusia antara 2-7 tahun.

Menjelang sampai lokasi, di ketinggian itu akan ditemui beberapa balai yang dapat digunakan untuk sekadar beristirahat sejenak sambil menikmati panorama alam pedesaan yang membentang di sebelah kanan kita dengan alur Sungai Kuantan yang berliku-liku.

Satu kilometer kemudian sampailah kita di lokasi Air Terjun Guruh Gemurai. Dari kejauhan sudah terdengar gemuruh air terjun seolah-olah sedang dalam kondisi hujan lebat. Letih berjalan kaki pun sirna ketika kita mulai menghirup udara segar pepohonan yang menjulang, yang masih tersisa di antara terjalnya air terjun.

Di lokasi ini sudah dibangun fasilitas tangga beton yang dibangun di antara tebing untuk turun dan berjalan menuju kolam jatuhnya air terjun. Di sini terdapat dua air terjun, air terjun utama setinggi hampir dua puluh meter.

Di kolam air terjun utama ini pengunjung dapat mandi sepuas-puasnya di antara sejuknya air ditemani gemerisik air yang mengalir di antara bebatuan besar dan ridangnya pepohonan.

Di sebelah kiri menjelang air terjun terdapat beberapa pekerja yang sedang beraktivitas. Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kesenian dan Budaya Kuansing Drs Syafrinal MSi, di tempat itu sedang dibangun fasilitas parkir kendaraan dan musala. ‘’Kita secara bertahap membenahi dan melengkapi fasilitas di kawasan wisata, tahun ini kita fokus di Air Terjun Guruh Gemurai, tahun depan baru kita melangkah ke Air Terjun Tujuh Tingkat,’’ sebut Syafrinal.

Air Terjun Tujuh Tingkat

Air Terjun Tujuh Tingkat Batang Koban Desa Lubuk Ambacang Kecamatan Hulu Kuantan, merupakan salah satu air terjun terindah dan tertinggi di Kuansing. Kawasan ini dapat ditempuh melalui jalan darat kemudian dilanjutkan dengan menggunakan boat selama sekitar 15 menit ke daerah hulu sungai.

Dari pasar Lubuk Jambi menuju Desa Lubuk Ambacang dengan waktu tempuh kendaraan sekitar 20 menit perjalanan dengan kondisi jalan aspal. Bisa juga masuk dari Desa Jake, simpang pos polisi ke Desa Serosah, Mudiak Ulo hingga ke Desa Koto Kombu melalui jalan tanah dengan waktu tempuh kendaraan sekitar 40 menit.

Menjelang ke Desa Lubuk Ambacang, dari Koto Kombu kita melewati jembatan beton yang membentang di atas Sungai Kuantan. Perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan boat bermuatan antara 15 hingga 25 orang yang dapat ditemui di bawah sekitar jembatan atau pun di Pasar Lubuk Ambacang dengan harga sewa Rp150 ribu.

Dari sini kita akan menyusuri sungai ke bagian hulu dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Selama perjalanan itu kita dapat menikmati hujaunya pepohonan di antara bukit dengan kemiringan antara 45 derajat hingga 70 derajat. Semakin ke hulu lebar sungai semakin mengecil dan debitnya pun semakin deras.

Tak jauh dari jembatan, kita akan melewati Pulau Tempurung. Air di sini melengkung seperti tempurung. Dari kejauhan air yang mengalir nampak tenang, namun jika dilewati arusnya cukup deras, terutama saat Sungai Kuantan lagi surut. Boat harus berjalan pelan-pelan di pinggir tebing dan di antara bebatuan. Tapi jika air dalam, arus yang dihasilkan tidak terlalu kencang, boat dapat melaju di tengah sungai.

Tanpa terasa kita pun sampai ke lokasi, boat-pun ditambat di dermaga yang dibangun Pemkab beberapa tahun lalu dengan jembatan kayu membentang di atas sungai kecil aliran air terjun tujuh tingkat itu.

Dari dermaga ini kita sudah dapat melihat air terjun pertama yang gemuruh airnya jelas terdengar dari muara sungai. Dari air terjun pertama hingga air terjun keempat, pengunjung dapat melewatinya dengan menyusuri tebing-tebing terjal melalui tangga beton di antara pohon-pohon yang masih asri. Meskipun saat itu hari menjelang siang, namun rindangnya pepohonan dan semilir angin air terjun, membuat suhu di sekitar kita terasa sejuk dan nyaman berlama-lama.

Adalah Bambang Wahyu Jatmiko, produser dan pimpinan Mara Studio yang saat itu bersama dua rekannya, Rudi, dan Anto berkunjung dalam rangka pengambilan gambar untuk latar belakang video klip dan pembelajaran rarak godang Kuantan Singingi, yang ditaja LSM Tanjak Rantau, bergumam, ‘’Masya Allah, memang besar karunia Tuhan, semoga saja kawasan ini tetap terpelihara dan keindahannya dapat terus dinikmati masyarakat,’’ sebut Bambang.

Harapan Bambang bukannya tanpa alasan. Maraknya aktivitas illegal logging dewasa ini, telah menghancurkan setiap sendi hutan-hutan alam. Tak peduli itu hutan lindung, misalnya yang terjadi di kawasan hutan lindung Bukit Betabuh, tempat lokasi air terjun guruh gemurai. Yang tersisa hanyalah hutan di kawasan air terjun, selebihnya musnah dibabat dan ditanami karet.

Dengan sigap mereka pun mengambil gambar dengan berbagai posisi. Kamera mereka arahkan ke setiap lekuk-lekuk air terjun yang jatuh menghempas air di bawahnya. Setelah puas menikmati dan mengambil gambar air terjun tingkat pertama dan keempat dengan ketinggian yang berbeda, antara 5-15 meter, perjalanan itu pun dilanjutkan.

Di sinilah petualangan itu dimulai, ketika kita melewati tingkat keempat hingga tingkat ketujuh. Setiap pengunjung harus berjalan di antara tebing-tebing yang kemiringannya antara 45 hingga 85 derajat. Bagi pecinta alam, tantangan seperti ini merupakan medan yang mengasyikkan guna membangkitkan adrenalin.

Pendakian melewati tebing dan bergantungan di antara akar-akar pohon, cukup menguras energi. Jarak antara air terjun berkisar antara 50-100 meter. Meski menempuh medan yang cukup berat, namun ini tidak akan membuat pengunjung bosan. Karena setiap air terjun memiliki karakteristik dan keindahan yang berbeda.

Setelah melewati air terjun keenam, tak berapa jauh dijumpailah the best- nya air terjun, dengan ketinggian mencapai 30 meter lebih. Yang sungguh menakjubkan, di kolam air terjun ini tergambar dua lapis pelangi, hasil bias cahaya matahari dari percikan air terjun yang menghasilkan hembusan angin kencang.

Kami hanya sampai di kolam air terjun yang ketujuh. Beratnya beban, serta memperkecil risiko --sebab sebelumnya beberapa di antara kami terpeleset dan terjepit di antara batu-batu besar
sehingga menyebabkan kaki memar-memar, seperti yang dialami Anto, kru Mara Studio yang harus tertatih-tatih berjalan akibat memar kaki yang dideritanya-- kami hanya menikmati keindahan itu dari bawah.

Ini tentu berbeda dengan petualangan Riau Pos pada 1995 lalu. Saat itu Riau Pos sampai ke puncak paling tinggi. Namun itu semua tentu harus dibayar mahal, dengan perjuangan yang cukup melelahkan, mendaki di antara bebatuan terjal. Silap sedikit bakal jatuh puluhan meter ke bawah. Dari atas ketinggian itu, bila kita melihat ke bawah, di kolam air terjun yang ketujuh itu membentang pelangi abadi dengan bentuk melingkar.

Ramai Dikunjungi

Menurut penuturan Eri, warga Desa Lubuk Ambacang yang berprofesi sebagai penyewa boat menuju air terjun, hampir setiap hari ada saja masyarakat yang mendatangi kawasan ini. Puncak keramaian itu sebut Eri, terjadi saat acara mandi balimau yang digelar satu hari menjelang Ramadan. ’’Jika pada acara mandi balimau, jumlah orang yang datang mencapai hampir seribu orang,’’ sebut Eri.

Bila pada hari-hari biasa, boat yang disewa paling banyak dua buah, namun pada mandi balimau itu, ada tujuh boat yang siap mengantar. Boat ada yang bermuatan 15 hingga 25 penumpang. Setiap boat, sebut Eri, hingga delapan kali berulang-ulang menjemput penumpang di bawah jembatan Lubuk Ambacang.***
(disadur dari Harian Riau Pos)
http://www.sungaikuantan.com/2008/09/ada-pelangi-abadi-di-air-terjun.html

Air Terjun Guruh Gemurai, Wisata Alam Kuansing

Air Terjun Guruh Gemurai, Wisata Alam KuansingKabupaten Kuntan Singingi tidak hanya terkenal dengan wisata budayanya seperti Pacu Jalur namun juga wisata alamnya. Seperti Wisata Alam air terjun, saat ini yang menjadi prioritas pembenahan pemerintah daerah Kab.Kuansing adalah Air terjun Guruh Gemurai. Beberapa waktu lalu tim sungaikuantan.com berkunjung kesana. Pemda Kuansing memang telah membenahhi objek wisata ini. Tersedianya jalan yang beraspal sehingga mudah dijangkau, adanya areal parkir, pentas terbuka untuk mengadakan acara-acara, seperti konser musik dan lainnya, juga mushola telah tersedia di Air Terjun Guruh Gemurai.

Air Terjun Guruh Gemurai, Wisata Alam Kuansing
Air Terjun Guruh Gemurai terletak di Kecamatan Kuantan Mudik (Lubuk Jambi), tepatnya di Desa Kasang. Anda bisa mencapainya dengan kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Jaraknya dari Taluk Kuantan ibu Kota Kab.Kuansing sekitar 25 kilometer ke arah Kiliran Jao (perbatasan Sumbar-Riau). Anda akan melewati Pasar Tradisional Lubuk Jambi, lalu menemukan dua jalan yang bercabang dua, pilihlah jalan sebelah kiri nan menanjak, daerah ini namanya Desa Koto (Kote Ate), melewati jalan sedikit berkelok, lima menit perjalanan anda akan sampai ke Desa Kasang, dan teruskanlah perjalanan anda sepuluh menit lagi, maka taka lama anda akan bertemu dengan gerbang di sebelah kanan jalan raya yang bertuliskan Selamat Datang di Objek Wisata Air Terjun Guruh Gemurai. Sampai saat ini tarif masuk ke obyek wisata ini sesuai dengan Perbup telah diatur oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi, yakni Rp. 1000 untuk untuk kenderaan roda dua, Rp. 1.500 untuk kenderaan roda empat, Rp. 3000 untuk orang dewasa dan Rp. 1000 untuk anak-anak..
Air Terjun Guruh Gemurai, Wisata Alam Kuansing
Guruh Gemurai adalah sebuah nama yang diambil dari bahasa daerah setempat. Guruh berarti gemuruh dari suara air tejun. Sedangkan Gemurai adalah suara percikan air yang berserakan. Maka Guruh Gemurai diartikan adalah air terjun yang bergemuruh dan mempunyai percikan.

Pada akhir pekan dan hari-hari libur, Objek Wisata Air terjun Guruh Gemurai ramai dikunjungi dan menjadi andalan Objek Wisata andalan Kab.Kuansing


Air Terjun Guruh Gemurai terletak di Kecamatan Kuantan Mudik (Lubuk Jambi), tepatnya di Desa Kasang. Anda bisa mencapainya dengan kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Jaraknya dari Taluk Kuantan ibu Kota Kab.Kuansing sekitar 25 kilometer ke arah Kiliran Jao (perbatasan Sumbar-Riau). Anda akan melewati Pasar Tradisional Lubuk Jambi, lalu menemukan dua jalan yang bercabang dua, pilihlah jalan sebelah kiri nan menanjak, daerah ini namanya Desa Koto (Kote Ate), melewati jalan sedikit berkelok, lima menit perjalanan anda akan sampai ke Desa Kasang, dan teruskanlah perjalanan anda sepuluh menit lagi, maka taka lama anda akan bertemu dengan gerbang di sebelah kanan jalan raya yang bertuliskan Selamat Datang di Objek Wisata Air Terjun Guruh Gemurai. Sampai saat ini tarif masuk ke obyek wisata ini sesuai dengan Perbup telah diatur oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi, yakni Rp. 1000 untuk untuk kenderaan roda dua, Rp. 1.500 untuk kenderaan roda empat, Rp. 3000 untuk orang dewasa dan Rp. 1000 untuk anak-anak..

Guruh Gemurai adalah sebuah nama yang diambil dari bahasa daerah setempat. Guruh berarti gemuruh dari suara air tejun. Sedangkan Gemurai adalah suara percikan air yang berserakan. Maka Guruh Gemurai diartikan adalah air terjun yang bergemuruh dan mempunyai percikan.

Pada akhir pekan dan hari-hari libur, Objek Wisata Air terjun Guruh Gemurai ramai dikunjungi dan menjadi andalan Objek Wisata andalan Kab.Kuansing.
 
http://www.sungaikuantan.com/2009/02/air-terjun-guruh-gemurai-wisata-alam.html

PACU JALUR "Asik Juga"

Siapa yang tidak kenal Pacu Jalur di SUNGAI KUANTAN,mungkin masih ada sebagian dari anda yang belum mengenal ap itu pacu jalur,tetapi jika anda orang RIAU pasti anda sudah mengenal PACU JALUR. Pacu Jalur adalah perlombaan tradisional yang biasanya dilaksanakan bulan Juni dan berakhir di pada bulan agustus, dan dilombakan dengan sistem penyisihan di tingkat desa, kecamatan dan kemudian finalnya pada bulan Agustus bertepat di ibukota kabupaten Kuantan Sengingi itu. Namanya unik, "Pacu Jalur" dimana mereka menyebut sampan panjang dengan nama "jalur", nggak tahu deh kalo jalur yang artinya jalan mereka menyebutnya apa. Mungkin sampan jalan kali ya..

Jalur (PERAHU)
Satu jalur diisi sampai 50-60an orang, dan mereka mendayung semua, kecuali dua orang yaitu satu anak kecil diujung depan sampan dan dia akan berdiri dan menari-2 ikut irama dayung kalau jalurnya lagi leading, tapi duduk lagi kalo ketinggalan. Trus ada satu orang lagi yang berdiri kayak pawang. Dia berperan sebagai pemberi irama dayung. Harus orang pilihan, karena tugasnya tidak mudah dan signifikan dalam sinergi laju jalur.

Perlombaan Dimulai
Mereka berpacu di sungai besar yaitu sungai kuantan, disana disebutnya batang kuantan, dengan lintasan pacu kira-2 sepanjang 2 km. Satu lagi tambahan perbendaharaan kata yaitu sungai dibilang batang.
Aba-2 start, dengan meriam yang biasa disebut "CAGAK", dimulai apabila ujung depan semua jalur sudah benar2 pada satu garis lurus. Wah, itu bener-2 psy war antara mereka, susah ngaturnya, karena arus sungai kan gak bisa diam.
Nah setelah melewati garis finish, mereka berputar balik kemudian jalankan jalunya pelan2 di depan tribun vip. Untuk final tahun 2008 yang ada di tribun vip adalah bapak Sukarmis(Bupati KUANTAN SINGINGI)

Bupati dan para Pejabat Daerah Melempar Rokok
Disinilah momennya, kalo gak boleh dibilang malapetaka ya.., para penghuni tribun vip yang notabene adalah para petinggi daerah akan melemparkan rokok. Itu memang dari sponsor. Tapi coba yang dilemparkan itu berupa (kupon) beras, gula, minyak goreng, telor, apa deposito....... kan manfaat? Jaman sekarang susah nyari sponsor non rokok kali ya?

Sukarmis, Bupati Kuantan Singingi
Hadiah untuk para juaranya biasanya adalah berupa sapi/kerbau yang jumlahnya bisa 7 ekor per jalur. Lumayan bisa dijual saat lebaran haji.

Pesan Sponsor
Btw, selain perlombaan yang masif tadi, di Kabupaten Kuantan Singingi ada restoran yang namanya "Selera Kampung". Salah satu menu yang favorit di sana adalah ayam kampung goreng crispy tapi harganya lebih mahal dari harga ayam goreng kampung asli di Bandung. Tetapi yang lebih khas di restoran itu adalah gulai ikan patin yang katanya asli dari sungai Singingi dan menggunakan ikan patin pilihan yang berat satu ekornya antara 15-20 kg. Jadi untuk ikan patin hasil tangkapan sungai seberat 20 kg dengan harga sekilonya 120 ribu rupiah maka harga seekor ikan menjadi 2.4juta rupiah. Wow!!! Harganya sama dengan ikan arwana yang Gold. Subhanallah
HIKZZZ.........

http://www.sungaikuantan.com/2008/10/pacu-jalur-asik-juga.html